Reporter: Evilin Falanta | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Seperti sudah menjadi tradisi, tiap kali mendekati hari raya Lebaran, masyarakat berbondong-bondong membeli pakaian baru. Tentu ini menjadi berkah tersendiri bagi pebisnis garmen.
Ketua Harian Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesori Indonesia (APGAI) Suryadi Sasmita mengatakan, menjelang puasa dan Lebaran yang jatuh pada bulan Agustus penjualan produk garmen bisa meningkat 20% dari total rata-rata pendapatan per bulan yang sekitar Rp 300 miliar. Artinya, omzet penjualan garmen bisa mencapai Rp 360 miliar pada bulan-bulan itu.
Biasanya garmen yang paling tinggi pertumbuhan permintaannya adalah pakaian anak-anak dan baju muslim. Tentu saja lonjakan permintaan seperti itu sudah diantisipasi dengan meningkatkan produksi oleh para pebisnis garmen.
Menurut Suryadi, dalam sebulan produksi garmen rata-rata memproduksi sekitar 100 potong hingga 200 potong pakaian. Menjelang Lebaran, maka produksi garmen bisa mencapai 800 potong pakaian per bulan.
Dari anggota APGAI yang terdiri atas 300 brand besar seperti Hammer, Nail, dan Executive, biasanya jenis pakaian yang juga banyak mengalami tambahan permintaan adalah pakaian-pakaian fesyen. Namun, lonjakan permintaan menjelang Lebaran agak teredam oleh Jakarta Great Sales yang dilaksanakan bulan Juni-Juli ini. “Pasalnya, banyak konsumen yang memanfaatkan even ini untuk berbelanja, sehingga menjelang bulan puasa dan Lebaran tidak setinggi biasanya,” ujarnya.
Suryadi menambahkan, tahun ini prediksi pendapatan pemasok garmen di tingkat ritel bisa naik 15% dari total pendapatan tahun lalu sekitar Rp 2 triliun. Hitung punya hitung, pendapatan pemasok garmen tahun ini bisa melonjak menjadi Rp 5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News