Reporter: Amailia Putri Hasniawati |
JAKARTA. Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengaku siap jika Bulog diminta untuk menjadi importir tunggal gula untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
“Kita siap, dengan menjadi importir umum dan menyerap 30%-40% total produksi nasional maka maka kemampuan kita untuk mengatur distirbusi gula kian kuat,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (APEGTI) Natsir Mansyur mengusulkan, sebaiknya Bulog diberi kewanangan untuk melakukan impor gula sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat.
Tahun lalu volume gula yang dibeli bulog sebesar 640.000, sementara realisasi total produksi gula tahun lalu sekitar 2,3 juta-2,4 juta ton. Sedangkan untuk impor Bulog hanya kebagian 10% dari total kebutuhan atau hanya 48.000 ton dari sekitar 500.000 ton, sisanya dilaklukan PTPN dan RNI.
Sutarto bilang, gula yang diimpornya sudah datang semua, bahkan sebagian sudah diedarkan. “Dari 48.0000 ton,yang sudah digelontorkan hingga saat ini mencapai 22.000 ton , harganya rata-rata masih sekitar Rp 10.000 per kg,” jelasnya.
Ia selama ini pihaknya mengaku sulit untuk bisa mengendalikan harga gula karena porsi gula yang ada di Bulog masih lebih rendah dibanding yang dipegang oleh distributor lain. Namun ia yakin, tahun ini kemampuannya untuk melakukan pengendalian harga dengan mengatur distribusi bisa dilakukan.
Asal tahu saja, porsi Bulog untuk menyerap gula setiap tahunnya sekitar 30%-40%, produksi gula tahun ini diperkirakan sebanyak 2,8 juta-2,9 juta ton, jadi sedikitnya gula yang bisa didistribusikan oleh Bulog sebanyak 1 juta ton. “Jadi kita yakin bisa melakukan kendali harga,” tandas Sutarto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News