Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Para produsen tempe dan tahu sepertinya bisa sedikit bernapas lega. Pasalnya harga kedelai dunia kini sedikit melandai. Berdasarkan data Bloomberg, harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) untuk pengiriman Mei 2011 pada Kamis (31/3) ada di level US$ 13,6975 per bushel. Harga ini turun ketimbang titik tertingginya bulan lalu yang sebesar US$ 14,63 per bushel (9/2).
Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Sutaryo menjelaskan, menurunnya harga kedelai internasional sedikit bisa menjadi angin segar bagi para produsen kedelai. “Sebab, penurunan harga kedelai internasional bisa mengerek harga kedelai impor turun. Sehingga, produsen bisa menahan untuk tidak kembali menaikkan harga atau mengecilkan ukuran produknya," jelasnya kepada KONTAN Kamis (31/3).
Berdasarkan laporan analisis Badan Pengawas Perdagangan Berjangka dan Komoditi (Bappebti) pekan ini menyebutkan, harga kedelai impor di pusat pasar tradisional di Banda Aceh juga mulai menurun dari Rp 10.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 8.000 per kg.
Harga kedelai impor di Bandar Lampung pada pekan terakhir Maret 2011 mencapai Rp 7.000 per kg, turun ketimbang pertengahan Maret lalu yang sekitar Rp 7.500- Rp 8.000 per kg.
Sutaryo menambahkan, bulan lalu memang harga kedelai internasional melambung tinggi. Imbasnya, harga kedelai di tingkat perajin juga naik di atas Rp 6.500 per kg. Sehingga, "Produsen mulai melakukan penyesuaian akibat kenaikan harga kedelai sampai di atas Rp 6.500 per kg," kata Sutaryo.
Sutaryo bilang, kebanyakan produsen masih lebih memilih untuk melakukan penyesuaian dengan memperkecil ukuran produk ketimbang menaikkan harga. Sebab, "Kenaikan harga akan berimbas langsung pada daya beli masyarakat," ungkapnya.
Namun, harga kedelai diramalkan akan kembali terkerek naik karena adanya perkiraan luas areal tanam kedelai di AS pada tahun ini diperkirakan hanya sekitar 76,79 juta hektare (ha), atau jauh lebih rendah ketimbang estimasi yang dibuat Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang sebesar 78 juta ha.
Sementara itu, Indonesia hingga saat ini masih mengandalkan kedelai impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri. Tahun 2010 lalu saja, impor kedelai nasional mencapai 1,73 juta ton dengan nilai ekspor mencapai US$ 840 juta.
Tapi, jika kenaikan harga kedelai di tingkat perajin kembali naik melebihi R 6.500 per kg, ia mengatakan langkah alternatif yang akan diambil oleh produsen tempe adalah dengan mengurangi volume produksinya hingga 20%. "Ini salah satu jalan tengah karena kebijakan untuk menaikkan harga tempe dinilai tidak populer," kata Sutaryo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News