Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rontoknya investasi perusahaan teknologi digital ditambah kemelut resesi global yang diprediksi terjadi pada tahun depan, tidak membuat Indonesia dan kawasan Asean kehilangan momentum pertumbuhan.
Pasalnya, kondisi itu merupakan konsekuensi wajar dari situasi global hari ini, tetapi katalis pertumbuhan masih cukup banyak untuk Indonesia dan Asean.
Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady mengatakan saat ini bubble startup sebagai fenomena wajar agar aliran investasi seiring sejalan dengan pengembangan pasar secara riil.
Singkatnya, fenomena ini akan menguji sekian banyak perusahaan teknologi digital yang relevan bagi pasar, serta memvalidasi valuasi. Menurutnya, hal tersebut akan memberikan imbas positif bagi berbagai inovasi dan solusi bagi masyarakat menyongsong era digital lebih lanjut ke depan.
Baca Juga: Rugi Bersih Lippo Karawaci (LPKR) Membengkak di September 2022
Sementara terkait dengan potensi resesi yang menjelang, John menilai kondisi Indonesia dan kawasan Asean masih memiliki kekuatan guna meredam dampak terburuknya.
Sewaktu perdagangan internasioal lesu akibat kontraksi perekonomian yang terjadi di negara-negara besar, Indonesia dan negara kawasan Asean masih bisa mengandalkan pasar domestik maupun regional.
“Persoalan utama memang masih menghantui, seperti terganggunya rantai pasok global, berimbas kepada aliran bahan baku maupun sektor energi. Namun dari perkiraan berbagai lembaga global, Indonesia dan kawasan Asean masih jauh lebih baik,” ujarnya dalam keterangannya, Kamis (3/11).
Di sisi lain, dia meyakini Asean ke depan akan jauh lebih berkembang. Saat ini saja, jelas John, Asean merupakan kawasan ekonomi terpadat ketiga di dunia, dengan tingkat pertumbuhan nomor tiga setelah China dan India.
Baca Juga: Hingga September, Lippo Karawaci (LPKR) Kantongi Marketing Sales Rp 3,5 Triliun
Sejalan dengan itu, berdasarkan riset IMF bersama Standard Chartered pada 2030, Indonesia akan menjadi negara peringkat empat PDB terbesar di dunia yang mencapai US$10,1 triliun. Indonesia membuntuti posisi China, India, dan Amerika Serikat.
Proyeksi tersebut, ungkap John, sangat mungkin terealisasi mengingat jumlah populasi produktif yang cukup besar. Pada 2030 saja, populasi usia kerja di Asean bakal meningkat 40 juta orang dari saat ini, di saat negara lainnya mengalami penyusutan.
“Dan Asean, Indonesia mengambil porsi sekitar setengahnya,” kata John.