kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jual LNG murah ke China, negara raih US$ 931 juta


Minggu, 15 Juli 2012 / 09:25 WIB
Jual LNG murah ke China, negara raih US$ 931 juta
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nz


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Edy Can


JAKARTA. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini menyatakan, penjualan gas alam cair (LNG) ke Fujiyan, China, tidak menghasilkan pendapatan yang signifikan. Padahal, jumlah gas yang dijual mencapai 11% dari total ekspor LNG.

Nilai penjualan gas LNG ke Fujiyan hanya sebesar US$ 931 juta. Rudi membandingkan dengan penjualan LNG ke Taiwan yang mencapai sebesar US$ 1,8 miliar. Padahal, total ekspor ke Taiwan hanya sebesar 9%.

Catatan saja, produksi gas LNG nasional sebagian besar diekspor ke Jepang. Dari ekspor 41% produksi LNG ke Jepang, negara memperoleh US$ 4,9 miliar. Selanjutnya sebanyak 38% dikirim ke Korea dan menghasilkan US$ 4,9 milyar. Sisanya sebanyak 1% dijual ke Amerika dan Thailand.

Rudi menjelaskan, minimnya pendapatan negara ini karena rendahnya harga gas. Berdasarkan kontrak, harga jual LNG ke China menggunakan formula batas atas harga minyak sesuai patokan Japan Cocktail Crude (JCC). Batas atas harga minyak yang berlaku saat ini yaitu US$ 38 per barel. Sehingga harga gas sebanyak 2,6 juta ton per tahun itu dipatok US$ 3,35 per milyar british thermal unit (mmbtu).

Karena pendapatannya kecil, Rudi menyatakan renegosiasi harga harus dilakukan. “Tetap harus direnegosiasi karena kan tetap akan menaikkan penerimaan,” ujarnya, kemarin.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Evita Legowo mengaku sudah memulai pembicaraan internal terkait strategi renegosiasi yang akan dipakai pemerintah. Pemerintah sejauh ini sudah menyiapkan dua tim renegosiasi, yaitu tim dari Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) dan tim pemerintah di bawah koordinasi Menteri Koordinator Perekonomian. “Kami ingin mulai renegosiasi Juli," katanya.

Evita mengaku sudah membatas masalah renegosiasi dengan Menteri ESDM Jero Wacik. Namun, dia mengatakan, pembahasan itu belum tuntas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×