Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten tekstil PT Pan Brothers Tbk. (PBRX) sedang menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas bisnisnya di tengah proses restrukturisasi utang. Saat ini, PBRX berada di bawah status Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), yang telah diperpanjang hingga 22 November 2024 berdasarkan keputusan Pengadilan Niaga PN Jakarta Pusat.
Dengan total utang yang akan direstrukturisasi mencapai sekitar US$340 juta, Pan Brothers bekerja sama dengan kreditur dan pemegang obligasi untuk menyusun skema pembayaran. Salah satu opsi yang diajukan adalah obligasi wajib konversi (MCB) untuk pemegang obligasi dan kreditur bilateral yang non-aktif.
Anne Patricia Susanto, Wakil Direktur Utama PBRX, menyatakan bahwa keberhasilan proses restrukturisasi ini akan sangat berpengaruh terhadap performa keuangan perusahaan di masa mendatang, dengan proyeksi pemulihan kinerja yang diharapkan tercapai pada 2030.
Baca Juga: Menilik Upaya TRIS Agar Tetap Kompetitif di Tengah Serbuan Produk Tekstil Impor Murah
Di sisi operasional, Anne menyampaikan bahwa fokus perusahaan tetap pada ekspor, meskipun terjadi peningkatan produk impor di pasar domestik. Sebagai eksportir dengan jaringan pelanggan global di lebih dari 160 negara, Pan Brothers telah terbiasa bersaing dengan produsen tekstil dari berbagai negara. Perusahaan pun terus melayani permintaan dari merek-merek global yang tersebar di banyak negara, seperti China, Vietnam, dan Kamboja.
"Kami akan tetap konsisten dalam fokus ekspor, yang menjadi prioritas utama kami. Melalui penerapan industri termasuk otomatisasi, digitalisasi, dan peningkatan keterampilan tenaga kerja, kami mampu meningkatkan efisiensi dan daya saing di pasar global," jelas Anne kepada Kontan, Jumat (8/11).
Sebelumya, manajemen perseroan melalui keterbukaan informasi di BEI menyatakan bahwa perusahaan berupaya untuk tetap efisien di tengah tantangan kenaikan biaya. PBRX juga telah memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas di 15 pabriknya yang berlokasi di Jawa Tengah dan Tangerang, dengan total 23 ribu tenaga kerja pada September 2024.
Meski jumlah karyawan menurun dari 38 ribu pada 2019, perusahaan tetap memberikan kontribusi signifikan pada perekonomian daerah, khususnya di Boyolali dan Sragen, dengan menyerap sekitar 5,5 persen tenaga kerja industri di kawasan tersebut.
Meski sektor tekstil global menghadapi ketidakpastian, proyeksi menunjukkan permintaan pakaian jadi global berpotensi meningkat seiring penurunan inflasi. Pan Brothers melihat peluang ini, terutama karena dominasi China dalam pangsa pasar garmen mulai menurun. Ketidakstabilan politik di negara-negara seperti Bangladesh juga membuka peluang bagi produsen garmen asal Indonesia.
PBRX optimis bahwa penyelesaian PKPU sesuai jadwal pada 22 November 2024 akan membantu stabilisasi keuangan dan meningkatkan kepercayaan pembeli. Selain restrukturisasi utang, strategi perusahaan mencakup pemanfaatan fasilitas letter of credit (LC) yang sebelumnya terkendala, dengan opsi reaktivasi melalui kerjasama dengan bank seperti Maybank dan Permata.
"Prioritas utama kami saat ini adalah menjaga kelangsungan bisnis dan kesejahteraan tenaga kerja kami. Kami juga terus memperkuat kualitas, harga, produk, serta komitmen terhadap pelanggan global," tambah Anne.
Baca Juga: Kemenperin Beberkan Strategi Peningkatan Utilisasi Aspal Buton
Selanjutnya: Begini Dampak Kemenangan Donald Trump Terhadap Industri Tekstil Indonesia
Menarik Dibaca: Hujan Petir Terjadi di Banyak Daerah, Ini Prakiraan Cuaca Besok (9/11) di Jawa Tengah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News