kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KADIN Dukung Pemerintah Seret AS ke WTO


Sabtu, 22 Mei 2010 / 17:57 WIB
KADIN Dukung Pemerintah Seret AS ke WTO


Reporter: Asnil Bambani Amri |

JAKARTA. Langkah pemerintah untuk memperjuangkan industri nasional sudah tepat. Pasalnya, pasar industri rokok kretek Indonesia sudah memiliki pasar di AS; namun akibat kebijakan larangan rokok kretek di AS, maka ekspor rokok kretek ke negara itu mangkrak.

“Pasarnya sudah ada disana (AS), sementara kita tidak bisa bawa kesana," kata Pejabat Sementara Ketua Umum Kadin Adi Putra Tahir.

Larangan rokok kretek di AS disahkan pada bulan September 2009, sebelumnya pada bulan Agustus 2009 pemerintah Indonesia sudah menyampaikan keberatan informalnya kepada AS. Namun keberatan itu tidak ditanggapi dan AS tetap memberlakukan larangan rokok kretek di bulan September.

Dampaknya, ekspor rokok kretek dari Indonesia ke AS terhenti sejak diberlakukan kebijakan itu. Sehingga, pemerintah Indonesia melayangkan protes secara resmi ke WTO. Sedangkan proses sengketa di WTO mengharuskan kedua negara melewati proses konsultasi sebelum dilanjutkan ke sidang panel di DSB.

Adi menilai, apa yang dilakukan AS tersebut merupakan taktik dagang agar rokok produk Indonesia tersebut tidak masuk ke pasar AS.

Rokok kretek pernah dilarang oleh WTO untuk diperdagangkan. Namun kebijakan WTO itu akhirnya dihapus, tetapi AS malah tetap mempertahankan kebijakan tersebut. “Tidak ada bukti ilmiah yang menjelaskan kalau rokok kretek itu lebih berbahaya dari rokok lainnya,” kata Adi yang meminta pemerintah tetap konsisten memperjuangkan kebijakan tersebut.

Akibat kebijakan AS tersebut, dalam setahun industri rokok kretek yang melakukan ekspor ke AS mengalami kerugian hingga US$ 200 juta. Sedangkan dampak bagi investasi industri rokok adalah terhentinya ekspansi karena tujuan pasar ekspor terhadang kebijakan yang dinilai deskriminatif tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×