Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah Harbour Energy memutuskan hengkang dari proyek pengembangan Blok Tuna, operasional di wilayah kerja (WK) migas tersebut dipastikan tetap berjalan.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyatakan perusahaan asal Rusia, Zarubezhneft (ZAL) bakal melanjutkan proyek yang sebelumnya sempat terkendala sanksi geopolitik.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menegaskan proyek Blok Tuna akan dilanjutkan oleh Zarubezhneft.
“Rusia, Zarubezhneft, akan kerjakan Tuna,” kata Djoko dalam konferensi pers kinerja hulu migas semester I-2025 di Jakarta, Senin (21/7).
Baca Juga: Bos SKK Migas Ungkap Chevron Tengah Bidik Lapangan Migas Raksasa di Indonesia
Sebelumnya, Blok Tuna digarap oleh Premier Oil Tuna BV, anak usaha Harbour Energy, yang bermitra dengan Zarubezhneft Asia Ltd (ZAL). Namun, situasi berubah setelah adanya sanksi dari Amerika Serikat yang menyulitkan Harbour melanjutkan kemitraan dengan perusahaan Rusia tersebut.
Terpisah, Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Rikky Rahmat Firdaus menjelaskan, Harbour Energy memilih mundur lantaran pertimbangan risiko global.
“Ya, jadi untuk yang POD 1 Tuna ini kan memang ada posisi dari KKKS Harbor sebelumnya bahwa dia enggak bisa lanjut kalau ada sanksi Amerika Serikat gitu ya di mitra sebelahnya. Dalam konteks tersebut Harbor keliatannya juga punya selera investasi lainnya di Laut Utara dan kelihatannya ZAL ini yang akan melanjutkan,” ujar Rikky.
Dengan keluarnya Harbour, kini ZAL ditugaskan untuk mengambil alih kelanjutan proyek.
"Jadi hari ini bagi kepentingan Indonesia kita ingin on stream sesuai target. Jadi dalam konteks ini kita menugaskan operator hari ini untuk melanjutkan kegiatan Front End Engineering Design (FEED) untuk lanjut. Nah jadi Harbor selaku operator bersedia untuk menyerahkan data-datanya kepada next operator berikutnya," jelasnya.
Meski ZAL sebelumnya berperan sebagai non-operator, SKK Migas memastikan transisi akan dilakukan secara cepat.
“Jadi kita dengar Pak Kepala SKK Migas sampaikan ZAL perlu menggandeng investor-investor baru yang bisa operasi ya karena ZAL kan sebelumnya juga non operator gitu di sini,” tegas Rikky.
Rikky menyebut, sudah ada beberapa pihak yang menyatakan minat untuk masuk ke Blok Tuna.“Beberapa calon investor sudah mengambil dokumen Migas Data Repository (MDR) dan menandatangani Non-Disclosure Agreement (NDA) dengan Harbour.
"Tapi untuk siapa nanti kita tunggu tanggal mainnya,” katanya.
Adapun, SKK Migas menargetkan proyek Tuna tetap bisa on stream sesuai jadwal awal, yakni pada 2028–2029.
“Kami enggak ingin ada kemunduran on stream. Jadi dari sisi divestasinya kita ingin segera diselesaikan antara partner-partner. Dalam posisi saat ini bagaimana proses divestasinya segera selesai di bulan ini,” pungkas Rikky.
Blok Tuna diperkirakan menyimpan potensi gas sebesar 100 hingga 150 juta kaki kubik per hari (MMscfd). Untuk mengembangkan lapangan ini hingga tahap produksi penuh, nilai investasi diperkirakan mencapai US$3,07 miliar atau sekitar Rp45,4 triliun.
Rinciannya, investasi utama (di luar sunk cost) ditaksir mencapai US$1,05 miliar. Sementara itu, kebutuhan biaya operasional hingga batas keekonomian lapangan (economic limit) mencapai US$2,02 miliar. Di sisi lain, anggaran untuk penutupan dan pemulihan lokasi (abandonment and site restoration/ASR) ditaksir sebesar US$147,59 juta.
Untuk mendorong keekonomian proyek, pemerintah memberikan sejumlah insentif fiskal dengan asumsi masa produksi berlangsung hingga tahun 2035 atau sekitar 11 tahun ke depan. Dari proyek ini, pemerintah diproyeksikan memperoleh bagi hasil pendapatan kotor (gross revenue) sebesar US$1,24 miliar atau setara Rp18,4 triliun.
Baca Juga: Zarubezhneft Masih di Proyek Blok Tuna
Selanjutnya: Sisa 11 Hari Lagi, Tiket Diskon Kereta Api Sudah Terjual 89%
Menarik Dibaca: Sisa 11 Hari Lagi, Tiket Diskon Kereta Api Sudah Terjual 89%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News