kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kadin optimistis kinerja industri manufaktur kuartal III bakal lebih baik


Rabu, 14 Oktober 2020 / 19:02 WIB
Kadin optimistis kinerja industri manufaktur kuartal III bakal lebih baik
ILUSTRASI. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani. (Kontan/Lidya Yuniartha)


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia mencatat kinerja sektor industri pengolahan pada kuartal III-2020 terindikasi membaik, meski memang masih berada dalam fase kontraksi.

Hal ini juga tercermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia (BI) yang sebesar 44,91% atau naik dari kuartal II-2020 yang sebesar 28,55%.

Namun, bila dibandingkan dengan kuartal III-2019, PMI BI ini masih menunjukkan kinerja yang lebih rendah. Pasalnya, pada kuartal III tahun lalu, PMI BI berada di level 52,04%.

Wakil Ketua Umum Kadin Shinta Widjaja Kamdani menilai kinerja industri manufaktur pada kuartal III memang jauh lebih baik dari kuartal II-2020.

Baca Juga: Ekonom: Reformasi pajak dalam UU Cipta Kerja buat Indonesia kompetitif di mata asing

Sebab pada kuartal III setidaknya pemerintah telah melakukan relaksasi PSBB selama 2 bulan sehingga secara signifikan meningkatkan permintaan pasar terhadap output manufaktur.

“Meskipun permintaannya masih sangat jauh di bawah level pra-pandemi. Sehingga tidak mengherankan PMI-nya lebih tinggi karena industri manufaktur pun turut meningkatkan konsumsi input produksi sesuai dengan peningkatan demand pasar di Q3,” kata Shinta kepada Kontan.co.id, Rabu (14/10).

Tak hanya itu, selain faktor peningkatan permintaan pasar domestik ada juga beberapa faktor lain yang turut berkontribusi.

Di antaranya, faktor perbaikan harga komoditas dan peningkatan demand pasar global, khususnya dari negara-negara yang melakukan relaksasi lockdown, dan normalisasi ekonominya lebih stabil di Kuartal III seperti China, Jepang & Korea. “Sebab pandemi di negaranya sudah terkendali,” tambahnya.

Selain itu, adanya efek positif dari stimulus fiskal dan restrukturisasi utang yang sudah terealisasi dan meringankan beban pelaku industri manufaktur di kuartal III sehingga dapat lebih banyak mengalokasikan sumber keuangannya untuk produksi.

“Kalau melihat kondisi pasar domestik yang merupakan driver utama peningkatan konsumsi industri, kemungkinan besar kinerja industri masih akan terus meningkat mendekati index 50 atau mungkin lebih sedikit,” harapannya.

Baca Juga: Ekonom Bank Permata proyeksikan neraca dagang September 2020 surplus US$ 2,53 miliar

Proyeksi tersebut juga mempertimbangkan beberapa faktor yang meliputi adanya peningkatan konsumsi pasar domestik hingga akhir tahun seperti trend konsumsi masyarakat di tahun sebelumnya.

Langkah PSBB ketat tidak lagi dikenakan pada sentra industri nasional dan kota besar sehingga produktivitas industri dan kepercayaan konsumen domestik untuk melakukan konsumsi di menjelang tahun tidak terhambat.

Adapun, perlu adanya stimulus tambahan bagi industri manufaktur nasional (khususnya stimulus pemodalan korporasi) untuk memastikan industri manufaktur nasional tetap memiliki kecukupan dana sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan konsumsi input produksi di kuartal 4-2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×