CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.929   -69,00   -0,44%
  • IDX 7.228   13,54   0,19%
  • KOMPAS100 1.105   2,36   0,21%
  • LQ45 877   1,75   0,20%
  • ISSI 219   0,82   0,38%
  • IDX30 449   0,77   0,17%
  • IDXHIDIV20 541   1,37   0,25%
  • IDX80 127   0,24   0,19%
  • IDXV30 136   0,71   0,52%
  • IDXQ30 150   0,31   0,21%

Kadin perkirakan defisit gula konsumsi lebih besar dari 500.000 ton


Jumat, 02 Desember 2011 / 17:49 WIB
Kadin perkirakan defisit gula konsumsi lebih besar dari 500.000 ton
ILUSTRASI. Kurs dollar-rupiah di BCA hari ini Kamis 7 Januari, periksa sebelum tukar valas. KONTAN/Baihaki/7/1/2014


Reporter: Dani Prasetya | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan besar impor gula pada tahun depan akan sesuai dengan defisit produksi terhadap target yang ditetapkan pemerintah.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik, Natsir Mansyur, menyebut, patokan impor gula tahun depan merupakan selisih antara target produksi sebesar 2,7 juta ton dengan realisasi produksi sekitar 2,1 juta ton.

Namun, ia pesimistis dengan prediksi realisasi produksi gula 2,1 juta ton. Apalagi, stok dalam negeri yang seharusnya tersedia 1,2 juta ton pun disebut hanya terpenuhi 800.000 ton. Artinya, akan ada kekurangan gula yang cukup besar.

Untuk Pulau Jawa, kebutuhan masih bisa terpenuhi pabrik gula setempat. Lain halnya dengan wilayah luar Pulau Jawa yang kesulitan pasokan sehingga mengandalkan gula rafinasi sebagai konsumsi rumah tangga.

Sebab, pasokan gula kristal putih selalu jauh lebih lambat ketimbang kedatangan gula rafinasi. Industri meneken pembelian gula kasar seharga US$ 650 per ton free on board (FOB) pada Agustus 2011. Barang tiba pada pemesan Desember 2011.

Apabila ditambah pajak pertambahan nilai (PPN), bea masuk, dan ongkos angkut maka harga gula rafinasi akan terhitung seharga Rp 8.500-Rp 9.000 per kilogram (kg).

Lain halnya dengan gula dari petani yang terpatok seharga Rp 8.500 per kg. Setelah melewati pemrosesan di pabrik maka sampai di lokasi harga gula kristal putih sekitar Rp 9.500-Rp 10.000 per kg. Dengan harga ini, gula konsumsi akan kalah bersaing dengan gula rafinasi.

Makanya, wilayah timur mayoritas diisi gula rafinasi karena pasokan gula konsumsi pun minim. Bahkan, wilayah Kalimantan Barat mengandalkan gula selundupan dari Malaysia yang mencapai 100.000 ton setiap tahun.

Kalaupun berniat mengandalkan gula kristal putih impor kemungkinan besar baru akan sampai Indonesia Maret 2012 karena izin impor baru keluar Desember 2011. "Tapi itu kalah cepat dibanding gula rafinasi yang tiba Desember 2011," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, sebelumnya sempat menyebut, produksi gula dalam negeri diperkirakan 2,3 juta ton-2,4 juta ton. Angka itu menjadi patokan bahwa tahun depan pasar domestik masih kekurangan sekitar 300.000 ton-500.000 ton gula.

Pemerintah pun masih menghitung angka impor dan perkiraan sumber pemenuhan kebutuhan itu. Hal itu untuk menjaga agar impor tidak memberikan disinsentif untuk musim giling berikutnya.

Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Benny Wahyudi, mengutarakan, pasokan gula dari dalam negeri memang tidak sesuai target. Sebab, produksi tebu terkendala hama dan cuaca.

"Mudah-mudahan revitalisasi pabrik gula nantinya bisa meningkatkan produksi dalam negeri. Sasaran target memang sudah tinggi, tapi ternyata ada faktor hama dan cuaca," ujar Benny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×