kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KAO Indonesia kuasai 45% pasar pembalut di Indonesia


Minggu, 02 Desember 2018 / 14:44 WIB
KAO Indonesia kuasai 45% pasar pembalut di Indonesia


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT KAO Indonesia, mengklaim pangsa pasar produk pembalut Laurier telah mencapai 45% di tahun ini. Vice President Consumer Goods Rodamas Group, holding company PT KAO Indonesia, Rudolf Tjandra mengatakan hal itu membuat Laurier menempati posisi pertama dalam pasar pembalut di Indonesia, disusul oleh Charm di posisi kedua dan Softex di posisi ketiga.

Menurutnya, secara keseluruhan, penetrasi pasar pembalut di Indonesia sudah sampai 90%. “Penetrasinya sudah cukup besar. Jadi, yang perlu ditingkatkan hanya jumlah pemakaiannya saja,” kata Rudolf saat dihubungi Kontan.co.id pada Jumat (30/11).

Ia mengatakan, jumlah pemakaian pembalut Indonesia masih sangat kecil, yaitu 2-3 potong per hari. Padahal, angka pemakaian pembalut di negara maju sudah mencapai 5-6 potong per hari.  Oleh karena itu, menurut dia, industri pembalut masih bisa berkembang dua kali lipat lebih besar. Ia memperkirakan angka itu baru akan dapat Indonesia capai sepuluh tahun lagi.

Sayangnya, posisi pertama Laurier itu tidak diikuti oleh produk popok bayi KAO Indonesia, Merries. Menurut Rudolf, kini Merries menempati posisi ketiga setelah Mamypoko dan Sweety. Dengan penetrasi popok bayi mencapai 50% di seluruh Indonesia dan 70% di kota-kota besar, ia mengklaim Merries memengang pangsa pasar sebanyak 12%-13%.

Sama seperti pembalut, jumlah pemakaian popok bayi di Indonesia juga masih rendah jika dibandingkan dengan negara maju. ”Usage rata-rata nasional masih rendah, hanya sedikit di atas 1 popok per hari. Padahal, negara maju sudah mencapai 3-4 per hari,” kata dia.

Oleh karena itu, menurut dia, industri popok bayi juga masih bisa tumbuh tiga sampai empat kali lebih besar dari sekarang. Ia memperkirakan Indonesia akan mengikuti capaian negara maju itu dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan. 

Penyebabnya, pertumbuhan industri popok masih berkembang terutama popok celana yang tumbuh di atas 10% per tahun. Menurut Rudolf, nilai pasar popok bayi di seluruh Indonesia hingga kini mencapai Rp 15 triliun.

Untuk itu, pihaknya mengaku akan terus meningkatkan produksi serta penjualan baik pembalut maupun popok bayi. Rodamas Group juga akan berusaha memenuhi ekspektasi pelanggan dengan menyediakan barang berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau. “Dengan mempertahankan mutu seperti yang di Jepang. Kan di sana KAO terkenal teratas dalam kualitas,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×