Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pelayaran CMA CGM Group bersama dengan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) resmi menerima kapal peti kemas terbesar CMA CGM Alexander Von Humboldt dengan kapasitas angkut 16.000 TEU.
Kapal ini telah bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok yang dilayani oleh anak usaha Pelindo PT Jakarta International Container Terminal (JICT).
Kapal Alexander Von Humboldt ini nantinya akan memfasilitasi volume perdagangan ekspor antara Indonesia dan Amerika setiap minggunya di JICT dengan rute pelayanan langsung atau direct call CMA CGM Columbus JAX (JAX) yang menghubungkan Jakarta dan Amerika Serikat.
Layanan JAX ini akan mengutamakan lalu lintas perdagangan pasar ekspor ke negara terbesar kedua di dunia yakni Amerika.
"Dengan adanya kapal ini, jasa layanan logistik akan menjadi murah. Apalagi dengan adanya kenaikan bahan bakar minyak, biaya bahan bakar itu terserap hingga 30%, sehingga dengan adanya kapal ini setidaknya dapat menekan 20% hingga 30% biaya operasional," kata Direktur Jenderal Perhubungan Laut sekaligus Komisaris Pelindo, Arif Toha kepada Kontan (31/10).
Lebih lanjut Arif Toha mengatakan pihaknya menargetkan nilai ekspor hingga dua digit di akhir tahun.
Baca Juga: Perusahaan Transportasi Terbesar Rusia Mengalihkan Jalinan Bisnis ke Kawasan Asia
"Tentunya terkait target, kita menargetkan pertumbuhan ekspor sebanyak dua digit hingga akhir tahun 2022 ini, untuk muatan volume kapalnya kita upayakan maksimal sebanyak muatan kapasitas kapal yang sebanyak 16.000 TEU," kata dia.
Dengan adanya kapal Alexander Von Humboldt ini merupakan komitmen CMA CGM Group untuk meningkatkan konektivitas dan memberikan keunggulan layanan dengan Pelindo Group. Hal ini seiring dengan upaya Indonesia yang semakin memperkuat posisinya sebagai pelabuhan maritim internasional yang penting di dunia.
Kunjungan perdana kapal peti kemas Alexander Von Humboldt yang berkapasitas 16.000 TEU ini adalah yang pertama dari tiga seri kapal CMA CGM yang berkapasitas sama (16.000 TEU) yang juga akan bersandar di JICT. Kapal-kapal tersebut akan melayani lebih banyak kargo ekspor pada setiap perjalanan direct call Indonesia-Amerika.
Layanan JAX juga menawarkan konektivitas tanpa batas ke Pantai Timur dan Pantai Barat AS dengan waktu transisi 34 hari, meningkatkan waktu transit industri. Hingga saat ini ada beberapa perusahaan yang menggunakan layanan JAX, di antaranya perusahaan produsen di industri manufaktur yang mengirimkan produk lokal seperti kertas, karet, garmen, alas kaki, dan barang elektronik dari Indonesia ke Amerika Utara setiap minggunya.
“Mulai hari ini, dari total 19 kapal dalam layanan mingguan JAX CMA CGM, tiga di antaranya berukuran 16.000 TEU. Kapal-kapal ini akan memfasilitasi kita untuk pengiriman lebih optimal ke dan dari Indonesia pada setiap perjalanan. Ke depannya kami akan terus berinvestasi pada aset, kemampuan, dan orang-orang kami untuk melayani dengan Better Ways,” kata John Lim, Presiden Direktur CMA CGM Indonesia (31/10).
Pelindo pasca merger mengaku terus berfokus pada standardisasi operasional dalam efisiensi dan efektivitas layanan di seluruh terminal untuk mengurangi port stay dan cargo stay di pelabuhan sehingga menurunkan biaya logistik di Indonesia.
“Dengan bersandarnya kapal besar CMA-CGM di terminal JICT, menunjukkan komitmen Pelindo Group dalam peningkatan pelayanan jasa kepelabuhanan. Saya berharap kedatangan kapal besar ini semakin memperkuat konektivitas Pelabuhan Tanjung Priok dengan jaringan pelabuhan internasional dan memberikan manfaat bagi kelancaran arus ekspor impor barang di Indonesia,” kata Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono
Pada kesempatan ini, turut hadir Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI Arif Toha; Chief Executive Officer CMA CGM Asia Pacific Limited, Laurent Olmeta; Presiden Direktur CMA CGM Indonesia John Lim; Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono, serta jajaran tamu undangan lain yang terdiri dari pejabat pemerintah, pemangku kepentingan industri dan pelanggan utama CMA CGM Group.
Terkait pelayanan yang ditawarkan CMA CGM Grup saat ini, setidaknya ada tujuh layanan maritime, 50 layanan yang sandar di pelabuhan setiap minggunya. Dari jumlah tersebut, empat layanan termasuk layanan JAX datang ke JICT setiap minggunya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga turut memberikan pernyataan terkait kedatangan kapal ini.
Baca Juga: Ditekan Paris Atasi Inflasi, TotalEnergies dan CMA CGM Diskon Harga Kepada Konsumen
"Dengan kedatangan kapal yang sangat besar ini, 16 ribu TEUs dengan panjang kapal 400 meter sampai 4 kali lapangan bola, Indonesia akan semakin diminati oleh operator perdagangan internasional dengan adanya satu kapal besar yang melakukan Direct call ke Amerika. Artinya dengan kapal besar dan Direct call maka Logistic cost yang kita tanggung semakin murah sehingga daya saing daripada Indonesia mengirimkan barang-barang itu akan lebih murah," kata Budi (31/10).
Lebih lanjut Budi juga mengatakan Indonesia tidak boleh puas diri dengan ini, Budi bilang "Kita harus melakukan upaya menekan angka logistik dengan baik dan tidak mungkin dilakukan sendiri. Kita butuh operator, shipping liner. Di darat juga kita harus dilakukan suatu program. Hal yang penting adalah kita menjadikan Priok dan Patimban menjadi terhubung. Yakni dengan kita mengkonsolidasikan barang-barang kita di seluruh Indonesia ke titik sekarang baru Priok nanti Patimban supaya jumlah yang diangkut dari Indonesia lebih banyak"
Terkait hal ini, Budi mengatakan dengan semakin banyaknya jumlah pengiriman barang melalui petikemas, maka akan berbanding lurus dengan efisiensi. Budi juga meminta kepada semua stakeholders untuk melayani dengan baik dengan memberikan kemudahan dengan efisiensi.
Pasalnya setelah dua tahun terakhir pandemi, imbasnya menghantam lini transportasi. Dengan adanya kapal yang memberikan layanan langsung ke Amerika, pertumbuhan jasa transportasi dan logistik akan meningkat. Pemerintah juga meyakini hal ini akan meningkatkan efisiensi logistik dari sisi harga dan waktu, dimana para pelaku industri ekspor dapat langsung mengirimkan barangnya ke Pelabuhan Tanjung Priok daripada harus transit ke Singapura, Sehingga biaya logistik lebih kompetitif dan Indonesia menjadi transhipment di Asia Tenggara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News