Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kebutuhan pakan ternak terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Desianto Budi Utomo, Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) bilang, tahun lalu produksi pakan ternak dalam negeri mencapai 12,7 juta ton dan tahun ini diperkirakan mencapai 13,8 juta ton.
Walau terus naik, namun saat ini masih ada sekitar 25%-30% dari kapasitas terpasang pabrik yang mencapai 17 juta ton yang belum termanfaatkan. Oleh karena itu, Desianto bilang, daripada menambah investasi baru lebih baik memanfaatkan secara maksimal kapasitas pabrik yang sudah berdiri.
Walau begitu GPMT mendukung investasi baru di bidang pakan ternak. Sebab semakin banyak pemain akan membuat harga pakan bersaing dan tidak menimbulkan monopoli oleh perusahaan tertentu. "Tetapi harus ada perbaikan birokrasi dan infrastruktur supaya investasi masuk," katanya.
Ketersediaan bahan baku pakan ternak juga harus menjadi perhatian. GPMT sebelumnya mengatakan, minimnya alokasi impor jagung tahun ini akan membuat harga pakan ternak naik 20%-30%. Dari kebutuhan jagung industri pakan ternak sebesar 7 juta ton, dalam negeri hanya menyediakan 4,2 juta ton, sehingga seharusnya diperlukan impor 2,8 juta ton. Namun pemerintah hanya memberikan jatah impor 1,5 juta ton.
Soal bahan baku ini, Rachmat Djojo, Chief Marketing Officer PT New Hope Indonesia berharap Kemtan memberikan solusi terbaik. New Hope sendiri sepertinya tidak terlalu khawatir dengan pasokan bahan bakunya, sebab perusahaan induk yang ada di China memiliki bisnis perdagangan utama bahan baku pakan ternak, seperti jagung, meat and bone meal (MBM), dan fish meal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News