Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kapasitas pembangkit listrik Indonesia saat ini mencapai 69,6 giga watt (GW). Kapasitas ini naik hampir 15 GW dalam lima tahun terakhir dari yang sebelumnya sekitar 54,7 GW.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana merinci, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih mendominasi kapasitas pembangkit nasional saat ini, yaitu sebesar 34,7 GW atau sebesar 49,9%, disusul dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG/GU/MG) sebesar 19,9 GW (28,6%), pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 10,3 GW atau sekitar 14,8%, serta PLTD sebesar 4,6 GW (sekitar 6,7%).
Baca Juga: PLN targetkan pembangunan SUTET Balaraja-Kembangan rampung akhir 2020
Sementara terkait status kepemilikan pembangkit listrik, PT PLN (Persero) memiliki kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 42,35 GW (60,9%), disusul oleh pengembang listrik swasta/IPP sebesar 18,12 (26,0%). Pemegang Izin Operasi (IO) menempati posisi ketiga sebesar 5,46 GW (7,8%), Private Power Utility (PPU) sebesar 3,58 GW (5,1%), dan sisanya dimiliki pemerintah sebesar 0,05 GW (0,1%).
Guna menggenjot infrastruktur kelistrikan, Pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik mencapai 27,28 GW dalam lima tahun ke depan. Ini berarti total kapasitas pembangkit listrik Indonesia hingga 2024 mencapai 96,98 GW terdiri dari pembangkit fosil sebesar 18,28 GW (67,0%) dan pembangkit EBT sebesar 9,05 GW (33,0%).
"Dari total kapasitas sebesar 27,28 GW yang direncanakan, terdapat kapasitas terpasang pembangkit Program 35.000 MW sebesar 20,62 GW. Sisanya dari program Fast Tracking Project (FTP)," kata Rida dalam keterangan tertulis, Jum'at (7/2).
Untuk mewujudkan target tersebut, Rida memproyeksikan kebutuhan investasi mencapai US$ 36 miliar atau sekitar Rp 504 triliun (asumsi Rp 14.000 per dolar AS), yang terdiri dari pembangkit EBT dan non-EBT.
Baca Juga: Dalam lima tahun, ESDM targetkan penambahan kapasitas pembangkit 27,38 GW
Menurut Rida, kapasitas pembangkit listrik, termasuk pembangkit EBT yang sebesar 9,05 GW tersebut sudah mempertimbangkan penciptaan pasar untuk EBT dengan total kapasitas sebesar 2,24 GW yang tersebar di seluruh Indonesia.
Rida menekankan, pembangunan pembangkit tersebut disesuaikan dengan pasokan dan permintaan. Pertimbangan utama memasok kebutuhan bisnis, pariwisata dan industri.
"Kami telah memplot pasokan listrik dengan potensi demand. Alhamdulillah kebutuhan permintaan ke depan tercukupi, termasuk pembangunan smelter. Sehingga tidak perlu khawatir jika terjadi kelebihan pasokan," ungkap Rida.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News