Reporter: Herlina KD, Mimi Silvia | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Produsen plat baja canai panas alias hot rolled coil PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk tengah bersiap menambah satu lini produksi baru. Rencananya, mesin baru ini bakal tiba di pabrik perusahaan itu di Surabaya pada akhir tahun ini.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk, Hadi Sutjipto, menuturkan, rencana untuk menambah lini produksi masih sesuai target. "Rencananya, mesin baru akan tiba di Surabaya pada Desember tahun ini," jelasnya kepada KONTAN, Senin (26/8).
Hadi menambahkan, kini mesin baru berkapasitas satu juta ton per tahun tersebut masih dalam proses pembongkaran di negara asalnya, yakni Korea Selatan. Setelah selesai dibongkar, mesin baru berkapasitas satu juta ton per tahun tersebut siap dikapalkan ke Indonesia.
Pekan lalu, Gunawan Dianjaya Steel juga telah membayar polis asuransi untuk bongkar muat dan pengiriman mesin produksi dari Korea Selatan. Nilai polis asuransi yang dibayarkan perusahaan berkode emiten GDST ini mencapai US$ 43.392.
Jika sesuai dengan jadwal, setelah tiba di Surabaya pada Desember 2013, perusahaan itu akan merakit mesin baru ini pada awal tahun 2014. "Perakitan mesin baru ini ditargetkan selesai pada tahun 2015," ujar Hadi.
Sejak September 2012, kapasitas terpasang pabrik Gunawan Dianjaya Steel mencapai 480.000 ton per tahun. Artinya, jika lini produksi baru ini telah beroperasi, kapasitas terpasang pabrik GDST bisa mencapai 1,48 juta ton per tahun pada 2015.
Tahun ini, perusahaan itu menargetkan penjualan baja bisa mencapai Rp 1,9 triliun. Target penjualan ini tumbuh 15,85% ketimbang penjualan tahun 2012 yang mencapai Rp 1,64 triliun.
Tahun ini, Gunawan Dianjaya Steel berharap volume penjualan baja produksi perusahaan mencapai sekitar 260.000 ton-300.000 ton. Sebagai gambaran, tahun 2012 lalu, GDST mampu menjual baja lembaran canai panas hingga 256.000 ton. \
Hadi bilang, tahun ini, perusahaan berharap bisa meraup laba bersih sebesar Rp 70 miliar. Tahun 2012 lalu, GDST mencetak laba bersih sebesar Rp 46,59 miliar.
Perlambatan ekonomi global membuat perusahaan mengubah strategi penjualan. Selama ini, sebesar 60% porsi penjualan baja GDST untuk pasar ekspor dan sisanya untuk pasar domestik. Nah, tahun ini, "Porsi penjualan kami sekitar 90% untuk pasar domestik dan sisanya untuk ekspor," ujar Hadi.
Perubahan strategi penjualan ini dilakukan karena kondisi pasar ekspor kurang menguntungkan sebagai dampak krisis keuangan di Eropa. Penurunan harga baja internasional juga membuat perusahaan itu lebih fokus menjual baja di domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News