Reporter: Herlina KD | Editor: Test Test
JAKARTA. Memasuki tahun kedua, program restrukturisasi mesin industri gula diharapkan akan semakin banyak dimanfaatkan industri. Sebab, pada tahun lalu, dari Rp 50 miliar angaran yang diberikan pemerintah hanya terserap separuh yaitu Rp 24,83 miliar. Dana tersebut diserap 30 pabrik. Tahun ini, alokasi yang diberikan untuk industri gula sebesar Rp 24,14 miliar.
Staf Ahli Asosiasi Gula Indonesia Colosewoko mengungkapkan, setidaknya ada 52 pabrik gula milik BUMN yang sudah dalam daftar restrukturisasi. "Jadi harapannya tahun ini akan lebih banyak yang memanfaatkan program dana restrukturisasi mesin ini," ujar Colosewoko.
Dia menambahkan, selama ini penyerapan dana restrukturisasi mesin industri gula masih belum maksimal karena prosedurnya yang memakan waktu cukup lama. "Proses pengadaan mesin industri gula lama, ada yang lebih dari satu tahun, kalau tahun lalu waktu pengajuannya terbatas, sehingga banyak yang tidak terserap," katanya.
Meski begitu, Colosewoko berharap program restrukturisasi ini bisa terus berlanjut seperti di industri lainnya. Sebab, restrukturisasi mesin industri gula merupakan kebutuhan yang sangat mendesak.
Sejak tahun 2004 sampai awal 2009, Colosewoko mengatakan kapasitas produksi dari 61 pabrik gula baik BUMN maupun swasta di Indonesia hanya sebesar 195.000 ton tebu per hari. Sedangkan tahun 2009, dia mengatakan kapasitas produksi pabrik gula meningkat menjadi sebesar 236.000 ton tebu per hari.
Untuk tahun ini, Colosewoko berharap, dana restrukturisasi mesin industri gula bisa terserap maksimal. "Sehingga, bisa meningkatkan kapasitas produksi menjadi 240.000 ton per hari," ungkapnya.
Sementara itu, untuk mendukung swasembada gula di tahun 2014, Colosewoko bilang setidaknya dibutuhkan sekitra 15-20 pabrik gula baru dengan kapasitas masing-masing sebesar 120.000 ton tebu per hari. "Kebutuhan lahan baru sebesar 25.000 hektar," imbuhnya.Ia menambahkan, saat ini setidaknya ada sekitar 48 calon investor yang berminat untuk berinvestasi di sektor gula. Tapi, sampai saat ini mereka masih terkendala soal lahan, infrastruktud dan pendanaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News