Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SEMARANG. Karoseri Laksana menargetkan akan bisa memproduksi 1.500 bus tahun ini. Hal ini seiring dengan permintaan bus yang terus meningkat.
Direktur Teknis Stefan Amran mengatakan, produksi tahun ini meningkat dibandingkan produksi tahun lalu. "Tahun lalu kami produksi 1.200 unit, tahun ini rencananya 1.300 unit kalau bisa 1.500 unit," ujar Stefan, Kamis (11/7).
Hingga akhir Juni 2019, Stefan mengatakan pihaknya sudah memproduksi sekitar 700 unit hingga 800 unit bus. Bus-bus yang mereka produksi banyak dibeli untuk kebutuhan pariwisata, antar kota, dan lainnya.
Stefan mengatakan bus yang diproduksi memang sesuai dengan permintaan konsumen. Meski begitu, dia melihat permintaan bus terus membaik terutama dengan adanya tol Trans Jawa dan tol Trans Sumatra. "Adanya tol Trans Jawa dan Tol Trans Sumatra ini sangat mendukung industri bus di Indonesia," tuturnya.
Tak hanya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, Laksana juga mengekspor bus-busnya. Namun, jumlah yang mereka ekspor masih terbilang kecil.
"Terus terang untuk memenuhi pasar di dalam negeri juga masih membutuhkan kapasitas yang lebih, tetapi untuk ekspor juga butuh kesiapan yang panjang," jelasnya.
Tahun ini, Laksana menargetkan akan mengekspor 20 unit bus. Angka ini turun dari tahun lalu yang sebanyak 40 unit. Stefan menjelaskan, adanya penurunan ekspor ini dikarenakan kondisi ekonomi Fiji yang tak terlalu baik.
Stefan mengatakan, ekspor tahun lalu memang seluruhnya ke Fiji. Tahun ini ekspor ke Fiji diperkirakan hanya enam unit. Sementara itu, pasar baru yang sudah dimasuki Laksana adalah Bangladesh, dimana mereka sudah mengekspor empat unit di tahun ini dan tengah memproduksi 10 unit lagi yang rencananya akan diekspor di akhir tahun.
Laksana juga berencana memperluas pasar ekspornya. Salah satu pasar yang disasar adalah Timur Tengah. Akan tetapi, Stefan mengakui diperlukan berbagai persiapan supaya produknya bisa diterima di kawasan tersebut.
"Untuk menembus pasar khusus industri otomotif ini perlu persiapan yang cukup panjang. Kita harus memastikan regulasi yang berlaku di sana seperti apa. Kita juga harus menyesuaikan produk yang kita produksi untuk bisa diterima di negara tujuan, baik secara regulasi maupun di masyarakat pengguna sendiri," jelas Stefan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News