Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemutusan hubungan kerja (PHK) masih marak pada awal tahun 2025.
Namun, Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan, saat ini ia belum mendapatkan laporan PHK dari pabrik sepatu yang dinaungi asosiasinya.
“PHK pabrik sepatu belum ada. Belum ada laporan PHK,” kata Eddy kepada Kontan.co.id, Senin (5/5).
Menurut Eddy, sekalipun ada fenomena PHK, itu disebabkan daya beli masyarakat menurun, apalagi setelah lebaran 2025.
“Kalaupun ada mungkin daya beli masyarakat menurun, setelah lebaran memang karyawan banyak yang diberhentikan,” tambahnya.
Baca Juga: Gelombang PHK Ikut Menyapu Industri Alas Kaki Indonesia
Sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat hingga 23 April 2025, kasus PHK telah mencapai 24.036 kasus.
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli mengakui pada awal tahun ini kasus PHK mengalami tren kenaikan jika dibandingkan di tahun lalu.
Yassierli menyebut ada 3 provinsi terbanyak yang melakukan PHK, yakni Jawa Tengah dengan 10.692 kasus, Jakarta 4.649 kasus dan Riau 3.546 kasus.
Sementara untuk sektor yang terdampak yakni industri pengolahan 16.801 kasus, perdagangan besar dan eceran 3.622 kasus dan aktivitas jasa lainnya 2.012 kasus.
Sementara itu, industri padat karya lain seperti mebel dan furnitur saat ini tengah mengatami tekanan. Mulai dari terjadi pelemahan pasar hingga juga pengurangan volume kerja.
Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, mengatakan meski industri mebel dan kerajinan cenderung fleksibel, tetapi nyatanya terjadi penurunan order.
“Industri ini memang sedang menghadapi tekanan berat, namun struktur ketenagakerjaannya relatif fleksibel. Banyak pelaku menggunakan sistem subkontraktor dan borongan, sehingga jika terjadi penurunan order, dampaknya lebih berupa pengurangan volume kerja, bukan PHK langsung dalam skala besar,” terang Sobur kepada Kontan.co.id, Senin (5/5).
Baca Juga: KSPN: Agar Tak Jadi Simbolik, Satgas PHK Harus Diberi Taring dan Anggaran
Sobur mengatakan bahwa kondisi ini secara tidak langsung berdampak pada sektor hulu dan mitra produksi kecil.
"Kami belum memiliki angka pasti, namun diperkirakan ribuan pekerja terdampak secara tidak langsung, terutama di sektor hulu dan bengkel-bengkel kecil mitra produksi. Efek dominonya terasa, terutama di sentra produksi seperti Jepara, Pasuruan, Cirebon, dan Sukoharjo," ujarnya.
Selanjutnya: Pertamina Turut Rayakan Puncak Perayaan Hari Buruh Internasional 2025
Menarik Dibaca: Dividen AKR Corporindo (AKRA) Rp 50 per saham, Potensi Yield Hampir 4%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News