Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana melakukan ekspansi penambangan ke sektor mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth.
Menurut Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) Brian Yuliarto, logam tanah jarang memiliki nilai yang tinggi dan jika dilakukan hilirisasi, berpotensi menambah pendapatan negara.
"Salah satu mineral yang banyak dan menjanjikan nilai yang sangat tinggi adalah logam tanah jarang," kata Brian di Jakarta, Jumat (15/8/2025).
Baca Juga: Kontrol Ekspor Tanah Jarang China: Positif untuk Beijing, Negatif untuk Bisnis
Logam tanah jarang, kata dia, digunakan di beberapa produk penting seperti produk-produk teknologi tinggi seperti pembuatan magnet berkinerja tinggi untuk motor kendaraan listrik dan turbin angin.
Adapun, daerah dengan potensi logam tanah jarang terbanyak adalah Bangka Belitung dan pulau Sulawesi, khususnya Sulawesi Barat, Mamuju.
"Saat ini ada seperti di Bangka Belitung, di Mamuju, Sulawesi itu cukup banyak," tambahnya,
Saat ini melalui Kementerian Dikti Saintek, pengembangan logam tanah jarang telah masuk dalam tahap penelitian di beberapa kampus.
"Untuk dihitung cadangannya dan dilakukan proses pemurniannya, proses ini yang butuh teknologi tinggi," ujar Brian.
Baca Juga: China Mengisyaratkan Sikap Lebih Lunak terhadap Pembatasan Ekspor Tanah Jarang
Mineral-mineral ini, kata Brian, yang dibutuhkan banyak negara, bahkan China menjadikan mineral ini sebagai salah satu senjata negosiasi tarif dengan Amerika Serikat.
"Ternyata kita punya cadangan yang cukup banyak, harapannya bisa cukup untuk program hilirisasi dsn meningkatan pendapatan di Indonesia," imbuhnya.
Selanjutnya: Gagal 8.000, IHSG Turun ke 7.898 pada Jumat (15/8) Meski Ada Net Buy Asing Tebal
Menarik Dibaca: 7 Kesalahan Tata Letak Dapur yang Bikin Ruangan Tidak Nyaman, Menurut Desainer
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News