kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kata Aspidi soal impor daging yang ditugaskan pada BUMN


Selasa, 09 Maret 2021 / 18:22 WIB
Kata Aspidi soal impor daging yang ditugaskan pada BUMN
ILUSTRASI. Aspindi mengatakan, 40% kebutuhan daging masih impor, penugasan BUMN bisa jadi penyeimbang.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah bakal mengimpor daging sebanyak 100.000 ton, terdiri dari 80.000 ton daging kerbau dan 20.000 ton daging sapi. Impor tersebut ditugaskan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Suhandri bisa memahami keputusan pemerintah tersebut. Hal itu untuk menjaga persediaan daging sebagai antisipasi naiknya permintaan pada masa bulan ramadan dan Idul Fitri.

Menurutnya, impor daging sapi maupun kerbau memang tidak terhindarkan. Dia memberikan gambaran, proyeksi kebutuhan daging nasional pada tahun ini berkisar 696.000 ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 60% bisa dipasok dari domestik.

Sedangkan 40% sisanya masih perlu diadakan melalui impor. Dari jumlah itu, peran swasta dalam pengadaan impor berkisar 25%. Sedangkan kontribusi dari BUMN dalam impor daging sekitar 15%.

Baca Juga: Setelah beras, kini pemerintah berikan izin impor daging 100.000 ton

"Kurang lebih begitu kondisinya. Kita memang butuh penyeimbang (dalam melakukan impor) kan nggak swasta semua, pemerintah ikut berperan. Meski kebutuhan impor masih lumayan (tinggi), 60% pasokan lokal sudah cukup bagus," ungkap Suhandri kepada Kontan.co.id, Selasa (9/3).

Mengenai kebutuhan daging, khususnya sapi, ada dua momentum yang menurut Suhandri mesti diperhatikan. Yakni dalam Idul Fitri dan Idul Adha. 

Saat Idul Fitri, kebutuhan daging bisa meningkat hingga dua kali lipat. Sebagai gambaran, stok daging yang disiapkan anggota Aspidi di wilayah Jabodetabek pada hari biasa berkisar 2.500 ton per bulan. Saat masa puasa hingga Idul Fitri, stok yang disiapkan bisa meningkat hingga ke angka 5.000 ton bahkan lebih.

Namun, pada tahun lalu, terjadi penurunan permintaan daging hingga 20% saat momen Idul Fitri. Pandemi covid-19 cukup berdampak terhadap merosotnya permintaan.

Baca Juga: Bulog bakal realisasikan impor daging kerbau 80.000 ton bertahap

Kata Suhandri, permintaan daging baru terangkat pada bulan Oktober sekitar 8%. Sayangnya, kenaikan tersebut tak berlanjut hingga awal tahun ini. Alhasil, dia pun masih belum bisa memprediksi berapa kenaikan permintaan daging sapi maupun kerbau pada momentum puasa dan Idul Fitri tahun ini. 

"Di Januari-Februari (permintaan) masih stabil. Jadi belum bisa lihar adanya pergerakan konsumsi, mungkin nanti menjelang puasa di pertengahan April, kita lihat saja," ujarnya.

Dari sisi harga, Suhandri menyebut harga daging sapi saat ini masih pada level normal. Secara rerata harga untuk daging potong segar berkisar Rp 130.000 - Rp 135.000 per kilogram (kg) dan untuk daging beku sekitar Rp 95.000 - Rp 100.000 per kg.

"Masih level normal karena harga dari luar negeri juga naik, kurs juga naik," ungkapnya.

Dihubungi terpisah, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah mengatakan bahwa impor daging yang direncanakan pemerintah masih dalam taraf wajar. Dengan begitu, ketersediaan maupun harga daging dipasaran diharapkan bisa terjaga.

Dengan volume daging yang akan diimpor, Rusli menilai tidak akan menyerang pasar peternak dan pengusaha sapi lokal. "Saya kira masih pas, tidak menyerang pasar. Dengan ini juga diharapkan akses konsumen untuk mendapatkan daging sapi yang murah bisa terjaga," ungkapnya.

Kendati begitu Rusdi memberikan catatan. Meski pengadaan impor melalui penugasan kepada BUMN, namun transparansi dan akuntabilitas dalam proses impor tetap harus dipantau.

Baca Juga: Pemerintah keluarkan izin impor daging 100.000 ton

Hal itu penting untuk menutup celah perburuan rente. Sebab, impor komoditas utama pangan seperti beras dan daging sangat rentan untuk disusupi praktek perburuan rente.

"Karena komoditas pangan itu perputaran uangnya sangat cepat. Potensi rent seeking besar, konsumen akan rugi karena harga yang dikenakan akan lebih mahal. Jadi (meski penugasan) harus tetap transparan," tegas Rusli.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Musdhalifah Machmud menyampaikan bahwa impor daging kerbau dan sapi itu akan didatangkan dari India dan Brazil, melalui penugasan kepada BUMN. Hal itu dilakukan untuk mengamankan stok dalam mengantisipasi permintaan masa ramadan dan lebaran.

"Iya, penugasan itu untuk daging asal India dan Brazil, memang penugasan dan kepada BUMN. Diharapkan secara bertahap masuk untuk penuhi kebutuhan daging nasional," kata Musdhalifah kepada Kontan.co.id, Selasa (9/3).

Mengutip pemberitaan sebelumnya, impor 80.000 daging kerbau dari India dan 20.000 ton daging sapi dari Brazil itu dilakukan dengan skema penugasan melalui BUMN. Perum Bulog untuk impor daging kerbau, dan PT Berdikari (Persero) untuk impor daging sapi.

Selanjutnya: Antisipasi Kebutuhan Ramadan, Pemerintah Membuka Keran Impor 100.000 Ton Daging

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×