Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
"Investasi di renewable energy ini membutuhkan alokasi capex yang luar biasa besar. Sehingga langkah Pertamina ini saya anggap sudah tepat," jelas Toto.
Lebih lanjut, Toto menilai berpandangan bahwa holding panas bumi BUMN bisa memberikan value creation dan efisiensi operasional (cost reduction program) yang lebih besar. Termasuk potensi membesarkan sales ke PT PLN (Persero) dengan jaringan yang lebih terintegrasi.
"Apabila (PGE) sudah Tbk (terdaftar di bursa saham) lebih dulu, langkah penggabungan tetap bisa dilakukan dengan melihat cases BRIS (Bank Syariah) saat melakukan merger," sebut Toto.
Baca Juga: Pertamina International Shipping dinilai layak untuk melantai di bursa saham
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa juga menilai bahwa konsolidasi BUMN panas bumi memiliki nilai strategis. Dari sisi aset dan sumber daya, saat ini PGE memang memiliki kapasitas terbesar.
Konsolidasi bisa dilakukan dengan Geo Dipa dan PLN Geothermal. Konsolidasi ketiga perusahaan ini, kata Fabby, bisa meningkatkan penguatan sumber daya manusia, kapasitas kemampuan modal (capital), dan aset sumberdaya panas bumi.
"Diharapkan dengan konsolidasi ini, eksplorasi bisa ditingkatkan. Demikian juga dengan pengembangan area panas bumi, serta bargaining position energi panas bumi di PLN," ungkap Fabby.
Sayangnya hingga tulisan ini dibuat, SVP Corporate Communication and Investor Relation Pertamina Agus Suprijanto belum memberikan konfirmasi atas wacana tersebut. Begitu juga dengan Corporate Secretary PGE Mindaryoko belum menjawab permintaan konfirmasi dari Kontan.co.id.
Selanjutnya: Begini ambisi BUMN untuk membangun ekosistem industri baterai mobil listrik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News