Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) berencana menggelar penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada anak atau cucu usahanya. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menjadi salah satu entitas bisnis Pertamina yang dikabarkan bakal IPO.
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM turut menyampaikan pandangan atas wacana tersebut. Dirjen EBTKE Dadan Kusdiana menilai IPO bisa menjadi salah satu strategi untuk memperkuat kinerja PGE dalam mengoptimalkan pemanfaatan panas bumi.
"Tentunya pemerintah mengapresiasi Pertamina untuk melakukan berbagai upaya agar kinerja PGE menjadi lebih baik, termasuk melalui IPO," kata Dadan kepada Kontan.co.id, Rabu (17/2).
Pelibatan badan usaha baik BUMN maupun swasta dibutuhkan pemerintah untuk memanfaatkan potensi panas bumi yang besar di Indonesia. Saat ini, pemerintah pun mendorong peningkatan kualitas data panas bumi sehingga bisa mengurangi risiko dalam pengembangannya.
Baca Juga: Tiga anak usaha Pertamina yang dinilai prospektif untuk IPO Semester II 2021
"Potensi panas bumi kita masih sangat besar. Perlu pengembang yang lebih paham dan pengalaman," sambung Dadan.
Merujuk catatan Kontan.co.id, dalam lima tahun ke depan, PGE berencana untuk menggandakan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) dari kapasitas eksisting sebesar 672 Megawatt (MW) menjadi sekitar 1.300 MW atau (1,3 GW).
Saat ini PGE mengelola 14 Wilayah Kerja Panas bumi (WKP) dengan total kapasitas terpasang sebesar 672 MW yang dioperasikan sendiri (own operation). Selain itu, PGE juga mempunyai 1.205 MW yang dijalankan secara joint operation contract (JOC).
Dalam situs resminya, saham PGE dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) dengan 706.204 saham (91,09%) dan PT Pertamina Pedeve Indonesia dengan 69.052 saham (8,91%).
Holding panas bumi
Di sisi lain, juga beredar wacana pembentukan holding panas bumi BUMN. Dalam holding tersebut, PGE dikabarkan akan menjadi induk usaha, yang beranggotakan PT Geo Dipa Energy dan anak usaha PT PLN (Persero) yang memiliki portofolio pembangkitan panas bumi.
Mengenai wacana pembentukan holding BUMN panas bumi tersebut, Dadan Kusdiana tidak memberikan konfirmasi. Menurutnya, holding tersebut sepenuhnya menjadi kewenangan Kementerian BUMN.
Namun jika holding panas bumi jadi dibentuk, hal itu juga bisa beriringan dengan rencana IPO yang akan dilakukan Pertamina. "Pembentukan holding kan bisa juga berhalan berbarengan dengan IPO. Terkait siapa yang akan menjadi induknya, saya kira sudah mekanismenya di BUMN," kata Dadan.
Dihubungi terpisah, pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai rencana IPO kelompok usaha Pertamina yang berbasis energi terbarukan (PGE) memiliki prospek yang baik. Terutama di tengah komitmen global dan upaya pemerintah dalam mencapai transisi ke energi bersih (green energy).
Baca Juga: Jadi dirut Pertamina Power, Dannif Danusaputro mundur dari Mandiri Sekuritas
"Investasi di renewable energy ini membutuhkan alokasi capex yang luar biasa besar. Sehingga langkah Pertamina ini saya anggap sudah tepat," jelas Toto.
Lebih lanjut, Toto menilai berpandangan bahwa holding panas bumi BUMN bisa memberikan value creation dan efisiensi operasional (cost reduction program) yang lebih besar. Termasuk potensi membesarkan sales ke PT PLN (Persero) dengan jaringan yang lebih terintegrasi.
"Apabila (PGE) sudah Tbk (terdaftar di bursa saham) lebih dulu, langkah penggabungan tetap bisa dilakukan dengan melihat cases BRIS (Bank Syariah) saat melakukan merger," sebut Toto.
Baca Juga: Pertamina International Shipping dinilai layak untuk melantai di bursa saham
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa juga menilai bahwa konsolidasi BUMN panas bumi memiliki nilai strategis. Dari sisi aset dan sumber daya, saat ini PGE memang memiliki kapasitas terbesar.
Konsolidasi bisa dilakukan dengan Geo Dipa dan PLN Geothermal. Konsolidasi ketiga perusahaan ini, kata Fabby, bisa meningkatkan penguatan sumber daya manusia, kapasitas kemampuan modal (capital), dan aset sumberdaya panas bumi.
"Diharapkan dengan konsolidasi ini, eksplorasi bisa ditingkatkan. Demikian juga dengan pengembangan area panas bumi, serta bargaining position energi panas bumi di PLN," ungkap Fabby.
Sayangnya hingga tulisan ini dibuat, SVP Corporate Communication and Investor Relation Pertamina Agus Suprijanto belum memberikan konfirmasi atas wacana tersebut. Begitu juga dengan Corporate Secretary PGE Mindaryoko belum menjawab permintaan konfirmasi dari Kontan.co.id.
Selanjutnya: Begini ambisi BUMN untuk membangun ekosistem industri baterai mobil listrik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News