kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebutuhan investasi EBT diperkirakan bica capai US$ 70 miliar hingga 2025


Jumat, 31 Januari 2020 / 18:15 WIB
Kebutuhan investasi EBT diperkirakan bica capai US$ 70 miliar hingga 2025
ILUSTRASI. Sejumlah petugas Pertamina melakukan pemeriksaan pengerjaan proyek Pambangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), di Rumah Sakit Pertamina Cilacap, Jawa Tengah, Senin (17/7). Kebutuhan investasi energi baru dan terbarikan (EBT) diperkirakan dapat mencapai US$ 70


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi

Lebih lanjut, investasi di sektor EBT Indonesia sebenarnya tetap memiliki prospek menarik. Misalnya, biaya investasi untuk pengembangan teknologi pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala besar sudah mulai turun. Hal ini membuat harga listrik dari PLTS sudah bisa bersaing dengan pembangkit lain yang berbasis gas atau bahkan batubara.

“Kami memperkirakan harga listrik PLTS di tahun 2025 akan lebih murah dari PLTU asalkan pemerintah konsisten mengembangkan PLTS,” terang Fabby.

Baca Juga: Dorong hilirisasi batubara, Kementerian ESDM akan berikan sejumlah insentif

Di sisi lain, investasi untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) masih terkendala biaya pengembangan yang mahal dan risiko eksplorasi tinggi. Namun, pemerintah sebenarnya bisa menurunkan risiko eksplorasi dan memberikan skema pembiayaan dengan cost of money serupa dengan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

“Maka harga listrik dari PLTP diyakini dapat bersaing dengan PLTGas dan bahkan bisa sebanding dengan PLTU di kisaran US$ 0,07 per Kwh,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×