Reporter: Leni Wandira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kecerdasan buatan (AI) diprediksi akan semakin mendominasi berbagai sektor industri, termasuk ritel, di Indonesia pada tahun 2025.
Proyeksi dari Economist Intelligence Unit (EIU) menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap AI akan meningkat tajam seiring dengan upaya industri dalam memacu kinerja keuangan melalui teknologi ini.
Namun, adopsi AI di sektor ritel offline Indonesia diperkirakan masih akan berjalan lebih lambat dibandingkan sektor ritel online.
Baca Juga: Ancaman PHK Massal Mengintai Sejumlah Sektor Industri di Indonesia
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, mengungkapkan bahwa toko fisik masih menghadapi berbagai tantangan dalam penerapan teknologi ini.
“Sektor usaha online memang lebih dahulu memprioritaskan penggunaan AI. Sementara sektor offline, penerapannya masih terbatas pada segmen pasar kelas atas, terutama ritel mewah yang hanya mencakup sekitar 5% dari seluruh segmen yang ada,” ujar Alphonzus kepada Kontan.co.id, Senin (10/2).
Meskipun demikian, teknologi AI diharapkan mampu mendorong peningkatan penjualan dan efisiensi operasional dalam industri ritel.
Penerapan AI akan banyak berfokus pada pengelolaan data konsumen guna mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik dalam pemasaran, manajemen stok, serta meningkatkan pengalaman belanja yang lebih personal.
Baca Juga: Lebih 70.000 Orang Kehilangan Pekerjaan pada 2024,Ancaman PHK Masih Berlanjut di 2025
Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah, menjelaskan bahwa teknologi AI sebenarnya sudah lama diterapkan dalam operasional ritel, terutama dalam analisis perilaku konsumen.
"Kami telah memanfaatkan teknologi seperti kamera dengan motion detection dan face recognition untuk menganalisis preferensi konsumen, termasuk kebiasaan mereka dalam memilih produk serta area toko yang paling menarik perhatian mereka," kata Budihardjo.
Selain itu, pemanfaatan AI juga mempercepat interaksi dengan pelanggan. Salah satu implementasi yang semakin populer adalah penggunaan sistem robot untuk menjawab pertanyaan pelanggan secara otomatis, yang lebih efisien dibandingkan metode konvensional.
Meski demikian, Budihardjo mengakui bahwa anggaran yang diperlukan untuk mengembangkan AI dalam bisnis ritel masih cukup besar, sehingga adopsinya belum dilakukan secara luas.
Baca Juga: 6 Pendapatan Pasif Terbaik di Tahun 2025 ala Robert Kiyosaki, Bitcoin Tak Termasuk
Namun, AI telah menjadi bagian integral dari operasional bisnis bagi beberapa pelaku industri yang ingin meningkatkan efisiensi dan daya saing.
Melihat ke depan, potensi pemanfaatan AI di sektor ritel Indonesia semakin terbuka lebar, terutama dalam peningkatan pengalaman konsumen dan efisiensi operasional.
Pengelola ritel semakin menyadari pentingnya mengadopsi teknologi ini, meskipun masih dalam skala terbatas pada tahap awal.
Sektor ritel kelas atas dan pusat perbelanjaan mewah diperkirakan akan menjadi pelopor dalam pemanfaatan AI, sementara segmen pasar menengah dan bawah kemungkinan besar akan mengikuti dalam beberapa tahun mendatang.
Secara keseluruhan, meskipun penggunaan AI dalam sektor ritel Indonesia masih berada di tahap awal, banyak pihak melihatnya sebagai langkah strategis untuk meningkatkan daya saing di tengah persaingan yang semakin ketat.
“Dengan analisis perilaku konsumen yang lebih canggih, efisiensi operasional yang lebih baik, dan pengalaman belanja yang lebih personal, AI siap mengubah cara bisnis ritel beroperasi di Tanah Air,” pungkas Budihardjo.
Selanjutnya: Catat, Inilah Daftar 8 Ruas Jalan Tol Gratis Selama Mudik Lebaran 2025
Menarik Dibaca: Jadwal Libur Awal Puasa dan Lebaran Sekolah 2025, Orang Tua Diminta Melakukan Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News