Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
Handaja Susanto menyebutkan, bahan penolong seperti misalnya zinc alluminium alloy hanya bisa diperoleh secara impor lantaran tidak diproduksi di dalam negeri. Hal ini berbeda bila dibandingkan dengan bahan baku yang pasokannya bisa diperoleh dari banyak sumber pemasok baik lokal maupun luar negeri sehingga pasokannya tidak mengalami gangguan.
Keinginan untuk menjaga kelangsungan produksi bukannya tanpa alasan. Asal tahu saja, saat ini BAJA tengah bersiap menggarap peluang pasar yang timbul seiring meningkatnya penggunaan baja produksi lokal di dalam negeri.
Baca Juga: Volume penjualan Saranacentral Bajatama (BAJA) naik 38% di kuartal I
Kecenderungan ini sudah mulai dirasakan oleh BAJA. Indikasinya tercermin dari meningkatnya jumlah pelanggan BAJA terhitung mulai Maret 2020 lalu. Pelanggan-pelanggan baru tersebut terdiri atas pengusaha manufaktur di bidang roll forming untuk industri pembangunan. Sebelumnya, pelanggan-pelanggan baru ini mengandalkan produk baja impor dalam menunjang kegiatan usahanya.
“Jumlah penambahannya (pelanggan baru) belum ada data pasti tapi bisa sekitar ratusan,” kata Handaja.
Dengan berkurangnya penggunaan baja impor, Handaja optimis BAJA bisa membukukan kinerja tahunan yang lebih baik dibanding tahun lalu. Mengintip laporan keuangan perusahaan, pendapatan usaha BAJA tercatat sebesar Rp 1,07 triliun pada tahun 2019. Sementara itu, laba tahun berjalan BAJA tercatat sebesar Rp 1,11 miliar di tahun 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News