kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,24   -23,49   -2.53%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kelangkaan kontainer bisa menahan laju linerja sektor manufaktur


Kamis, 02 September 2021 / 06:40 WIB
Kelangkaan kontainer bisa menahan laju linerja sektor manufaktur


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor manufaktur Indonesia masih harus berhadapan dengan tantangan besar meski tren pemulihan mulai mencuat. Salah satu tantangannya adalah kelangkaan kontainer yang terjadi sepanjang pandemi Covid-19 sehingga berpotensi mengganjal kinerja sektor manufaktur tanah air apabila tidak diatasi dengan baik.

IHS Markit mencatat, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia berada di level 43,7 pada Agustus 2021 atau naik dari posisi 40,1 pada bulan Juli 2021 lalu. Karena masih di bawah level 50, kinerja sektor manufaktur Indonesia masih berada di fase kontraksi.

IHS Markit menyebut, gangguan rantai pasokan akibat Covid-19 masih terjadi di bulan Agustus, sehingga beberapa perusahaan mencatatkan penurunan performa pemasok dan peningkatan tekanan harga yang berkelanjutan. Gangguan rantai pasok ini erat kaitannya dengan kelangkaan kontainer yang sebenarnya terjadi secara global.

Baca Juga: Pelaku usaha soroti kelangkaan kontainer yang menghambat ekspor

Kepala Samudera Indonesia Research Initiatives (SIRI) Ibrahim Kholilul Rohman menjelaskan, permintaan (demand) atas jasa kontainer sempat merosot pada awal pandemi di tahun lalu. Lantaran permintaan drop, operator kapal pengangkut kontainer tidak bisa mengisi kapasitas kapalnya dengan kontainer hingga penuh.

Pihak operator tentu bakal merugi jika terus beroperasi secara penuh (full capacity) di saat permintaan sedang lesu. “Makanya, operator besar atau main line operator (MLO) menurunkan kapasitas atau jumlah kapal yang beroperasi sehingga freight rates naik,” ungkap dia, Rabu (1/9).

Dalam dunia logistik, fenomena ini menimbulkan blank sailing atau pengurangan jadwal operasi kapal.

Baca Juga: Bos Samudera Indonesia (SMDR): Kekayaan data logistik RI mengandung harta karun

Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto menambahkan, kelangkaan kontainer telah terjadi semenjak China terpapar pandemi Covid-19 di awal 2020. Utilisasi kargo mulai menurun karena volume ekspor dari China juga menurun akibat pandemi.

Di sisi lain, jumlah kontainer terus menumpuk di China lantaran permintaan kargo impor masih tetap tinggi. Secara gradual, hal ini mulai berpengaruh terhadap suplai kontainer di negara-negara lainnya.

Kondisi ini terjadi di hampir semua pelabuhan utama dunia dan membuat banyak perusahaan pelayaran internasional mengurangi tonnage (kapal) hingga blank sailing sebagai langkah antisipasi pandemi.

Sejak saat itu, hal yang terjadi bukan hanya kelangkaan kontainer, melainkan juga mulai terjadi kelangkaan space kapal. Ditambah lagi, kelangkaan space kapal ini juga mendorong peningkatan biaya charter kapal. “Akhirnya, freight rate terus bergerak naik karena demand lebih tinggi daripada supply,” tutur Carmelita, Rabu (1/9).

Baca Juga: Pemanfaatan FSRU di Indonesia belum optimal karena kesenjangan demand dan supply

Dia memastikan, para anggota INSA tidak menikmati lonjakan tarif charter kapal dan biaya terkait lainnya. Sebab, mayoritas kapal kontainer nasional beroperasi di dalam negeri. Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia tidak memberlakukan lockdown, sehingga supply–demand masih terjaga seimbang.

INSA mengaku bahwa masalah kelangkaan kontainer ini sulit diselesaikan lantaran sifatnya business to business (B2B). Terlebih lagi, seluruh negara di dunia terdampak oleh situasi ini.

Ketua Umum Dewan Pemakai Jasa Angkutan Laut Indonesia (Depalindo) Toto Dirgantoro mengatakan, pihaknya bersama aliansi pelayaran global dari berbagai negara lain terus berjuang di kancah internasional untuk mencari benang merah atas terjadinya kelangkaan kontainer.

Bahkan, isu kelangkaan kontainer ini turut melibatkan praktik-praktik kontroversial yang membuat tarif jasa kontainer melonjak secara tidak wajar. Beberapa negara seperti Filipina dan Amerika Serikat sudah mulai melakukan penyidikan terhadap dugaan tersebut.

Baca Juga: Begini tanggapan ALI soal kelangkaan dan kenaikan tarif kontainer

Maka dari itu, Depalindo juga mendesak kepada Pemerintah Indonesia, lebih khusus Presiden Joko Widodo, supaya menginvestigasi masalah kelangkaan kontainer tersebut. “Kami berharap sekali campur tangan pemerintah dalam mengatasi situasi demikian seperti beberapa negara lainnya,” kata dia, hari ini.

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Ditjen Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan Capt. Mugen Sartoto mengatakan, Kemenhub melakukan banyak dialog dan diskusi bersama kementerian/lembaga, stakeholders baik BUMN, asosiasi pengusaha, eksportir dan importir, operator pelabuhan, sampai perusahaan pelayaran nasional dan MLO yang rata-rata dimiliki asing.

Saat ini, Kemenhub sedang menyusun konsep dan rancangan untuk membentuk Indonesia Shipping Enterprises Alliance (SEA) sebagai solusi jangka menengah dan jangka panjang demi mengurangi ketergantungan terhadap ruang muat dan tarif yang dikenakan oleh MLO yang notabene dimiliki asing, serta menjaga ketersediaan informasi ruang muat kapal kontainer yang melakukan ekspor-impor.

“Konektivitas serta dukungan kelancaran logistik dalam menunjang aktivitas ekspor impor menjadi fokus utama pemerintah di tengah melonjaknya ocean freight rate atau tarif angkut kapal kontainer rute internasional. Harapannya, ini akan meningkatkan devisa negara dari sisi ekspor,” pungkas dia, Rabu (1/9).

Baca Juga: Efek Kontainer Langka dan Harga Barang Menanjak, Daya Saing Indonesia Bisa Melemah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×