kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kemarau & asap picu produksi sawit rontok


Jumat, 19 Agustus 2016 / 23:38 WIB
Kemarau & asap picu produksi sawit rontok


Sumber: Antara | Editor: Dupla Kartini

MEDAN. Kabut asap dan anomali cuaca khususnya kemarau yang terjadi sejak 2015 hingga tahun ini, berdampak pada penurunan produksi tandan buah sawit (TBS) di wilayah Sumatera Utara sekitar 10%-20%.

"Asap menyebabkan gangguan proses pembuahan. Dengan prakiraan terjadi penurunan, maka produksi TBS pada panen puncak yang biasanya masuk di bulan September dipastikan juga semakin turun," kata Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Setia Dharma Sebayang di Medan, Jumat (19/8).

Menurut dia, jika ancaman kemarau dan titik panas akibat kebakaran lahan/hutan masih terjadi, maka produksi sepanjang tahun ini juga akan menurun seperti tahun lalu.

Pada 2015, produksi turun sekitar 5% hingga 10%. Angka penurunan ini juga bisa lebih rendah setelah pada semester II 2015 terjadi recovery dari semester I yang produksinya turun hingga 15%-20%.

Setia menjelaskan, anomali cuaca memang tidak berdampak besar pada seluruh sentra produksi sawit di Sumut, karena tipikal daerahnya berbeda-beda.

Meski gangguannya berbeda di setiap daerah, tetapi kondisi itu sudah mengganggu petani dan pengusaha sawit di dalam negeri. "Yang pasti, penurunan produksi sudah menggangu petani dan kinerja perusahaan sawit di Sumut, apalagi harga minyak sawit mentah atau CPO di pasar ekspor dan lokal juga masih berfluktuasi," katanya.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, "hot spot" atau titik panas di beberapa daerah di Indonesia terus meningkat.

Satelit Modis dan NASA mendeteksi ada 339 "hotspot" pada 19 Agustus di mana terdapat 14 titik di Sumut. "Memang tidak sebanyak di Kalimantan Barat yang mencapai 158 titik, tetapi seperti daerah lain, 'hotspot' di Sumut juga cenderung meningkat," ujarnya.

BNPB, kata dia, mengingatkan semua untuk berhati-hati termasuk melakukan upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan mengingat September diprediksi terjadi puncak kemarau. Terjadi pergeseran cuaca di mana biasanya bulan September memasuki musim penghujan. (Evalisa Siregar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×