kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemarau panjang mengerek harga gabah


Kamis, 30 Agustus 2018 / 10:37 WIB
Kemarau panjang mengerek harga gabah
ILUSTRASI. Petani padi saat panen raya


Reporter: Annisa Maulida, Noverius Laoli | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim kemarau panjang yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir mulai berdampak pada ketersediaan dan harga pangan, khususnya beras. Tidak hanya konsumen, industri penggilingan padi juga mengeluhkan harga gabah di tingkat petani yang meningkat sebulan terakhir.

Ketua Umum Persatuan Pengusaha Beras dan Penggilingan Padi (Perpadi) Soetarto Alimoeso mengatakan, kenaikan harga beras di tingkat konsumen saat ini merupakan hal yang wajar. Pasalnya harga gabah di tingkat petani juga sudah mahal.

Ia bilang, saat ini harga gabah di sentra produksi sudah di atas Rp 5.300 per kilogram (kg) dari sebelumnya sekitar Rp 4.800 per kg. "Kenaikan ini terjadi akibat kemarau panjang, selain karena jumlahnya sedikit, kualitasnya juga bagus, sehingga harganya mahal" ujarnya kepada KONTAN, Rabu (29/8).

Kenaikan harga gabah sudah di atas harga sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 tahun 2015 tentang Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras. Dalam Inpres ini HPP gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 3.700 per kg. Sedangkan harga gabah kering giling (GKG) sebesar Rp 4.600 per kg.

Sutarto menjelaskan, kenaikan harga gabah paling tinggi terjadi di sentra produksi beras di Pulau Jawa. Pasalnya, saat ini pasokan gabah hanya sedikit, seiring sudah selesainya panen raya. Sementara di daerah Sulawesi, saat ini memasuki musim panen, sehingga harga gabah relatif tidak naik tinggi. Namun harganya tetap naik di atas HPP, didorong naiknya permintaan.

Akibat kenaikan harga gabah di tingkat petani, harga beras di pabrik penggilingan juga ikut meningkat. Hanya saja, menurut Soetarto, kenaikannya harga beras tidak seperti tahun lalu, karena tahun ini masih ada panen di daerah Sulawesi. "Jadi kalau dikatakan naik iya naik, tapi tidak terlalu signifikan kenaiknnya," ucapnya.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemdag) Oke Nurwan mengatakan, untuk menekan kenaikan harga beras, pihaknya telah memberikan izin impor kepada Perum Bulog sebesar 2 juta ton pada tahun ini.

"Berdasarkan laporan yang kami terima, sampai saat ini, sudah sekitar 86% dari izin impor itu terealisasi," ujar Oke. Dari jumlah itu realisasi atas izin impor beras sebesar 1 juta ton di kuartal terakhir, sudah mencapai 740.000 ton. Beras ini diimpor dari berbagai negara seperti Myanmar, Kamboja, Vietnam, Thailand, Pakistan, India.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×