Sumber: Antara | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Musim kemarau panjang yang terjadi wilayah Purwakarta, Jawa Barat menyebabkan produksi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Cirata di wilayah setempat turun. Hingga Oktober 2015, produksi PLTA Cirata hanya 85% dari total target 135%.
Supervisior Manajemen Mutu dan Kepatuhan PLTA Cirata, Iwan Ridwan mengatakan pada bulan yang sama tahun 2014, produksi PLTA Cirata bisa mencapai 95%, dan hingga Desember 2014 bisa memproduksi 135%.
"Kalau tahun ini turun, dan hanya kita targetkan sampai 100%. Mudah-mudahan sebentar lagi ada hujan dan kita sampai Desember 2015 bisa mencapai 100%,"ucapnya, Kamis (15/10).
Dikatakannya, PLTA Cirata yang berada dibawah naungan Pembangkit Jawa Bali (PJB) dan terletak di Desa Cadas Sari, setiap tahunnya mampu berkontribusi sekitar 4% dari total kebutuhan listrik Jawa-Bali.
Sementara itu, kapasitas pembangkit PLTA yang terletak di Kabupaten Purwakarta mencapai 1.008 megawatt (MW), sedangkan kebutuhan listrik Jawa Bali mencapai 23.000 MW.
"Kalau secara presentase produksi energi lisrik PLTA Cirata menurun 30% akibat kemarau panjang, lantaran 'inflow' atau air yang masuk di waduk setempat terus merosot. Akibatnya, delapan unit turbin tidak bisa beroperasi secara optimal," tuturnya.
Ia menjelaskan, meski menurun, pola operasional waduk telah diatur dengan baik, termasuk menjaga pola elevasi agar turbin bisa terus menghasilkan energi listrik secara maksimal.
"Semua juga mengetahui bahwa kondisi tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Kemarau panjang memaksa turunnya produksi listrik," ucapnya.
Meski demikian, turunya produksi tidak sampai mengganggu suplai energi ke kapasitas terpasang Jawa-Bali secara keseluruhan.
General Manajer Unit Pembangkitan Cirata, Wisrawan mengakui selama musim kemarau hanya mengoperasikan turbin rata-rata 2 unit sampai dengan 3 unit dari 8 unit turbin yang ada, karena elevasi atau tinggi muka air tidak sesuai pola.
"Elevasi muka air banjir 223 meter, elevasi muka air normal 220 meter dan elevasi muka air rendah 205 meter. Dengan tinggi muka air terendah 205 meter sudah tidak bisa menggerakkan turbin," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News