Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
Saat ini Pertamina juga telah menghasilkan beberapa produk yang menjadi bahan baku petrokimia. Alhasil, petrokimia dinilai dapat menjadi bagian hilirisasi produk kilang-kilang Pertamina. Di RJPP Pertamina hingga tahun 2026 mendatang, Pertamina akan membangun pabrik petrokimia yang diintegrasikan dengan kilang-kilang Pertamina.
"Inilah waktu yang tepat untuk bersinergi karena musuh bersama adalah bagaimana caranya melawan ketergantungan terhadap Impor. Karena itu, semua pihak perlu bersinergi agar Indonesia bisa lebih mandiri,” ungkap dia.
Nicke pun menegaskan, Pertamina siap bekerja sama dengan Chandra Asri Petrochemical untuk mengembangkan kilang petrokimia. Apalagi, Pertamina sudah memiliki kilang yang diperbarui dengan kemampuan berbasis petrokimia.
“Kami punya RDMP Balikpapan, Balongan, Cilacap, Dumai yang kami upgrade dan tingkatkan kerja sama hulu dan hilir. Kemudian agar bagaimana produk petrokimia di Indonesia bisa kompetitif dan bisa masuk dan leading di Asia itu tugas kita bersama,” jelasnya.
Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) akan menerbitkan obligasi Rp 1 triliun dengan bunga maksimal 9,2%
Nicke juga berharap penandatanganan kerja sama ini menjadi suatu keberkahan bagi perusahaan maupun bangsa Indonesia. Sebab, apa yang dilakukan Pertamina bukan hanya bisnis semata, melainkan tanggung jawab kepada membebaskan negara dari ketergantungan impor.
Sementara itu, Komisaris Chandra Asri Petrochemical Agus Salim Pengestu mengaku senang dengan adanya kerja sama dengan Pertamina dalam bisnis petrokimia. Kerja sama ini diharapkan membuat industri petrokimia di Indonesia semakin maju.
“Setelah ini kita dapat mulai studi kelayakan, selain itu ada banyak peluang eksplorasi bisnis petrokimia dalam negeri maupun Asia. Kami yakin bahwa potensi kerja sama di antara kedua pihak masih luas. Proyek-proyek dalam HoA ini hanya langkah awal saja," terang dia.
Sebelumnya, Pertamina dan Chandra Asri Petrochemical telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada 1 Oktober 2019 untuk menjalin sinergi bisnis petrokimia nasional. Hal ini didasari karena tingginya kebutuhan petrokimia di dalam negeri yang saat ini masih diimpor dalam jumlah yang tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News