kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kembangkan Green Refinery, Pertamina buka opsi gandeng pihak selain ENI


Rabu, 09 Oktober 2019 / 17:05 WIB
Kembangkan Green Refinery, Pertamina buka opsi gandeng pihak selain ENI
ILUSTRASI. Pekerja beraktivitas di kawasan Kilang PT. Pertamina RU (Refinery Unit) IV Cilacap, Jawa Tengah, Senin (15/7/2018). Unit Manager Communication, Relation & CSR Refenery Unit (RU) IV Cilacap Laode Syarifudin Mursali menyatakan, PT Pertamina (Persero) memast


Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina membuka opsi untuk menggandeng pihak-pihak lain dalam upaya pengembangan kilang hijau (green refinery).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, opsi menggandeng mitra lain dimungkinkan sebab Pertamina berencana mengembangkan green refinery di sejumlah titik.

Baca Juga: Soal plan of development proyek IDD, begini tanggapan Chevron

"Kita kan bikinnya bukan cuma di satu kilang, nanti harus ada di Indonesia Barat, Timur dan Tengah, jadi kita terbuka (kesempatan mitra lain)," ungkap Nicke ditemui seusai menghadiri gelaran Hari Listrik Nasional ke 74 di Jakarta, Rabu (9/10).

Kendati demikian, Nicke memastikan pengembangan kilang hijau di bagian Barat masih berlangsung dengan ENI selaku mitra. "Sementara masih dengan ENI dan masih finalisasi tahap desain," jelas Nicke.

Kontan.co.id mencatat, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar memastikan, tahapan pembangunan fisik belum dilakukan selama pembahasan administratif antara kedua belah pihak masih berlangsung.

Pemilihan ENI dalam head of joint venture agreement pengembangan green refinery didasari pada pengalaman ENI menghasilkan HVO (hydrotreated vegetable oil) yang bisa digunakan sebagai campuran bahan bakar diesel sejak 2014.

Adapun, pembahasan teknologi yang dimaksud meliputi sertifikasi palm oil. Masih menurut Arcandra, minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) yang akan diolah di Kilang Hijau diharuskan memperoleh sertifikat international sustainability and carbon certification (ISCC).

Baca Juga: SKK Migas: Chevron sedang cari skema lain agar IDD tetap jalan

Arcandra menegaskan, Kementerian ESDM berharap pembahasan ini dapat dirampungkan secepatnya. Namun ia memastikan, pembahasan ini tidak mengganggu proses lainnya yang tengah berlangsung. "Tidak mengganggu pembangunan Kilang," jelas Arcandra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×