Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perdagangan Budi Santoso optimistis prospek ekspor fashion muslim Indonesia akan terus meningkat seiring upaya pemerintah memperluas akses pasar ke berbagai negara nontradisional.
Optimisme ini disampaikan saat peluncuran Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2026 yang akan digelar pada November tahun ini.
Budi menjelaskan, gelaran JMFW yang telah memasuki tahun kelima bertujuan membentuk ekosistem fashion nasional yang kuat, mulai dari penciptaan tren, peningkatan daya tarik di pasar domestik, hingga penguatan industri tekstil dan UMKM.
“Kalau ekosistem berjalan baik, industri tekstil, UMKM, dan daya beli masyarakat akan berkembang, sehingga pasar domestik dan ekspor bisa tumbuh bersamaan,” ujar Budi saat ditemui usai peluncuran Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2026 di Balai Kartini Jakarta, (12/8/2025).
Menurutnya, industri fashion muslim menjadi salah satu sektor dengan potensi besar di pasar global.
Baca Juga: Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2026 Ditargetkan Raup Transaksi Rp 162,71 Miliar
Apalagi, kerja sama perdagangan yang baru ditandatangani antara Indonesia dan Peru melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) memberi peluang signifikan bagi produk pakaian jadi dan tekstil untuk menembus pasar Amerika Latin.
“Akses pasar kita ke Peru, termasuk alas kaki dan pakaian jadi, mendapat banyak kemudahan,” katanya.
Budi menargetkan, implementasi Indonesia–Peru CEPA dapat melipatgandakan total perdagangan kedua negara dari posisi saat ini sebesar US$ 480 juta, di mana Indonesia mencatat surplus US$ 181 juta.
Selain Amerika Latin, pemerintah juga tengah menjajaki perundingan dagang bilateral dengan Afrika Selatan untuk membuka pintu bagi ekspor fashion muslim dan produk tekstil nasional ke benua Afrika.
“Pasar kita jangan hanya bergantung pada Eropa dan Amerika, tapi juga harus menyasar Amerika Latin dan Afrika. Potensi industri kita besar, jadi harus berani merambah pasar baru,” tegas Budi.
Cerita kesuksesan brand lokal Arabellescarf menjadi contoh nyata potensi industri fashion muslim di pasar global.
Didirikan pada 2022, brand ini langsung mendapat dukungan Kemendag melalui fasilitasi partisipasi di ajang JMFW.
Baca Juga: Ritel Fashion Masih Tertekan, Gerai Department Store Terus Berguguran
“Kami dari daerah kecil sempat dipandang sebelah mata karena berani mengambil segmen menengah ke atas. Berkat JMFW, stigma itu mulai pudar dan Arabelle dikenal di kancah nasional maupun internasional,” ujar Syifa, Founder Arabellescarf.
Kemendag juga memfasilitasi Arabellescarf untuk mengikuti pameran di Korea, yang kemudian membuka peluang ekspor.
Baru-baru ini, Arabel melakukan pengiriman produk ke Abu Dhabi dan Jeddah, meski masih dalam skala ritel dan personal.
Namun, Syifa mengaku masih menemui kendala teknis terkait regulasi dan pajak di negara tujuan.
“Pengiriman ke Abu Dhabi sempat terkena pajak karena nilai pembelian di atas 1.000 dirham. Hal seperti ini masih jadi PR bagi kami yang minim pengalaman ekspor,” ungkapnya.
Meski begitu, Syifa optimistis peluang ekspor Arabellescarf masih terbuka lebar, apalagi dengan dukungan pemerintah.
“Saya melihat ada potensi besar untuk memperluas pasar Arabel ke mancanegara. Harapannya, Kemendag dapat terus mendukung agar brand kami bisa berkembang di kancah global,” tuturnya.
Baca Juga: Indonesia Rajai Sektor Modest Fashion dalam Ekonomi Halal Dunia
Selanjutnya: BGN Pastikan Makan Bergizi Gratis Jangkau 20 Juta Penerima Manfaat Pada 17 Agustus
Menarik Dibaca: Kampanye Gampang di Canva Dukung Profesional Desain Bagi UMKM Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News