kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.375   30,00   0,18%
  • IDX 7.615   71,26   0,94%
  • KOMPAS100 1.060   12,24   1,17%
  • LQ45 803   8,71   1,10%
  • ISSI 254   2,19   0,87%
  • IDX30 416   4,77   1,16%
  • IDXHIDIV20 477   5,07   1,07%
  • IDX80 120   1,30   1,09%
  • IDXV30 123   1,76   1,45%
  • IDXQ30 132   1,14   0,87%

Permintaan Global Mandek, Produsen Batubara Bidik Pasar Non-Tradisional


Senin, 28 Juli 2025 / 15:36 WIB
Permintaan Global Mandek, Produsen Batubara Bidik Pasar Non-Tradisional
ILUSTRASI. Foto udara alat berat memuat batubara di tempat penampungan tepi Sungai Batanghari, Muaro Jambi, Jambi, Kamis (20/6/2024). Permintaan batubara global diperkirakan stagnan dalam dua tahun ke depan setelah mencatat rekor tertinggi pada 2024.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan batubara global diperkirakan stagnan dalam dua tahun ke depan setelah mencatat rekor tertinggi pada 2024.

Kondisi ini memicu kekhawatiran bagi eksportir utama seperti Indonesia, yang kini mulai mengincar pasar non-tradisional guna menjaga kinerja ekspor.

Laporan terbaru International Energy Agency (IEA), Kamis (24/7), menyebut konsumsi batubara dunia hanya akan tumbuh tipis 0,2% pada 2025. Bahkan, pada 2026 permintaan diproyeksikan mulai menyusut dan kembali di bawah level 2024.

Lesunya permintaan ini tak lepas dari pergeseran negara-negara besar pengguna batubara ke energi terbarukan, serta meningkatnya produksi domestik di negara konsumen utama.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani mengatakan, pasar ekspor utama Indonesia saat ini masih terkonsentrasi di Asia, seperti China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Asia Tenggara. Namun, negara-negara ini mulai mengurangi ketergantungan pada batubara impor.

Baca Juga: Permintaan Batubara Global Diprediksi Mandek hingga 2026, Produksi Justru Cetak Rekor

“China dan India saat ini sedang mendorong peningkatan produksi dalam negeri. Mereka memang masih mengkonsumsi banyak batubara, tapi strategi mereka jelas: mengurangi impor dan mengandalkan produksi lokal,” kata Gita kepada Kontan, Senin (28/7).

Menurut Gita, langkah mencari pasar baru bukan perkara mudah. Selain kebutuhan tiap negara berbeda, Indonesia juga harus bersaing dengan eksportir lain seperti Rusia dan Australia.

“AS misalnya, meski permintaannya naik karena harga gas mahal, mereka juga memproduksi batubara sendiri,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia menambahkan, penurunan permintaan dari China disebabkan oleh melimpahnya stok batubara akibat kenaikan produksi domestik.

“Namun perlu dicatat, meski impor menurun, konsumsi listrik China masih meningkat,” jelas Hendra kepada Kontan, Senin (28/7).

Baca Juga: Menakar Prospek PTBA di Tengah Pelemahan Permintaan dan Koreksi Harga Batubara

Secara historis, sekitar 98% ekspor batubara Indonesia selama 10 tahun terakhir memang ditujukan ke negara-negara Asia. Namun dengan tren pelemahan permintaan dan meningkatnya produksi di negara tujuan, produsen Indonesia harus mulai memetakan strategi diversifikasi pasar ekspor.

Adapun, IEA memprediksi, perdagangan batubara global akan turun pada 2025, menjadi penurunan pertama sejak 2020, dan tren ini diperkirakan berlanjut hingga 2026.

Di tengah stagnasi permintaan, produksi global justru diproyeksikan mencapai rekor baru tahun depan, terutama didorong oleh produksi China dan India.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×