Reporter: Gentur Putro Jati |
JAKARTA. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyiapkan dana subsidi public service obligation (PSO) sebesar Rp 249,5 miliar untuk mendukung pengoperasian penerbangan perintis tahun ini.
Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub Bambang S Ervan, dana subsidi tersebut terdiri dari Rp 238,4 miliar untuk subsidi operasi. "Serta Rp 11,06 miliar untuk subsidi bahan bakar. Jadi total Rp 249,5 miliar," kata Bambang, Rabu (4/8).
Penerbangan perintis adalah rute-rute penerbangan yang ditetapkan dan mendapat subsidi dari Pemerintah. Maskapai yang melayaninya harus melewati mekanisme tender untuk bisa melayani rute yang diincarnya. Subsidi diberikan agar biaya operasional maskapai yang melayani penerbangan perintis bisa mencukupi. Pasalnya rute-rute tersebut umumnya menuju daerah pelosok di Indonesia bagian Timur seperti Papua dan Maluku yang tidak pernah dilayani secara komersil, sehingga tidak seksi bagi maskapai.
Setiap tahun, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub menganggarkan dana subsidi sekitar Rp 800 miliar sampai Rp 1 triliun untuk penerbangan perintis. Namun, tahun lalu seluruh maskapai yang dipercaya melayani penerbangan perintis tidak bisa mencapai target.
Dalam catatan Direktorat Angkutan Udara, maskapai yang melayani rute perintis hanya bisa melakukan 10.546 penerbangan dari target 12.485 penerbangan. Sementara jumlah penumpang yang diangkut hanya 69% dari target. Dari 161.089 penumpang yang ditargetkan, yang bisa terangkut sebanyak 110.768 penumpang. Tidak tercapainya target tahun lalu banyak disebabkan oleh faktor cuaca yang ekstrem di Papua, Sumatera dan Kalimantan.
Tahun lalu, realisasi frekuensi penerbangan perintis dan jumlah penumpang yang diangkut tidak mencapai target yang diinginkan pemerintah. Untuk frekuensi, maskapai yang melayani rute perintis hanya bisa melakukan 10.546 penerbangan dari target 12.485 penerbangan. Sementara itu, jumlah penumpang yang diangkut hanya 69% dari target. Dari 161.089 penumpang yang ditargetkan, yang bisa terangkut sebanyak 110.768 penumpang. Belum tercapainya target disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor utamanya adalah karena pengaruh cuaca.
Di Papua penerbangan hanya bisa dilakukan sekali pada pagi hari. Kemudian untuk penerbangan di Sumatera dan Kalimantan, ada gangguan asap yang berasal dari kebakaran hutan saat kemarau.
Faktor lain yang juga menjadi kendala pencapaian target adalah masalah teknis pengoperasian pesawat. Dimana tidak tersedianya pesawat cadangan untuk menggantikan pesawat yang beroperasi ketika terjadi masalah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News