Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kebutuhan alat transportasi udara di Indonesia makin tinggi. Salah satunya adalah kebutuhan pesawat berukuran kecil untuk melayani rute penerbangan perintis yang mampu menjangkau daerah pedalaman. Maklum saja, negara kepualuan seperti Indonesia, mutlak membutuhkan transportasi udara seperti itu.
Untuk itulah, pemerintah akan mengembangkannya prototipe pesawat jenis N19 untuk melayani penerbangan perintis mulai tahun 2013. Direktur Industri Maritim Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Soerjono bilang, saat ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, Bappenas, dan BPPT untuk mulai memproduksi pesawat jenis ini.
Harapannya, pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) ini bisa dijual secara komersial untuk melayani pasar daerah pedalaman yang sangat potensial. "Sehingga bisa melayani rute-rute perintis yang selama ini jumlah pesawatnya masih sangat terbatas," kata Soerjono.
Meski prospek bisnis penerbangan perintis cukup potensial, namun minat maskapai untuk terjun ke bisnis ini masih rendah. Alasannya, biaya operasional masih lumayan mahal. Apalagi, kemampuan masyarakat untuk membeli tiket pesawat juga belum terlalu tinggi.
Untuk memecahkan masalah itu, pemerintah akan mengkaji untuk memberikan subsidi tiket bagi penumpang dan pembelian aftur. Dengan begitu penetrasi pasar bisa lebih cepat.
Satu unit pesawat tipe N19 akan dijual dengan harga US$ 3,8 juta. Untuk efisiensi biaya, pembuatan pesawat minimal 27 unit.
"Dana yang dibutuhkan untuk membuat 27 unit pesawat ini sebesar US$ 250 juta, termasuk biaya development sebesar US$ 40 juta," ungkap Soerjono.
Pesawat jenis N19 adalah pesawat serbaguna yang bisa digunakan untuk angkutan penumpang dan barang. Pesawat ukuran ini bisa mengangkut penumpang hingga 19 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News