kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kemenperin: Saat Ini Industri Kembangkan Gasifikasi Nabati


Jumat, 28 Januari 2022 / 18:54 WIB
Kemenperin: Saat Ini Industri Kembangkan Gasifikasi Nabati
ILUSTRASI. Gas. KONTAN/Akhmad Suryahadi


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian mengatakan, saat ini pihaknya mendukung target penurunan emisi karbon di Indonesia dengan membuat kebijakan, menjalankan program, dan mengembangkan produk industri salah satunya di sektor petrokimia. 

Muhammad Khayam, Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian menjelaskan untuk mendukung industri bebas emisi di 2060, salah satu program yang dijalankan adalah program industri hijau. 

Lebih jelasnya program industri hijau ini adalah menerapkan hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan bahan baku, energi, air dan meminimalkan limbah dalam sektor industri. Selain itu program ini juga mendorong ekonomi sirkular sehingga diharapkan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). 

Baca Juga: Agenda Medco Energi (MEDC) Tahun 2022: Memacu Bisnis Gas, Energi Surya dan Panas Bumi

"Kami juga ikut dalam komitmen Nationally Determined Contribution (NDC) sehingga sektor industri mencoba untuk mulai melakukan reduksi gas rumah kaca melalui beberapa cara. Khususnya di sektor industri selama ini menggunakan bahan bakar dari fosil," jelasnya dalam acara webinar, Jumat (28/1). 

Namun, jika merujuk khusus pada industri petrokimia, justru bahan bakar fosil digunakan sebagai bahan baku, baik itu digunakan berupa turunan dari minyak bumi dalam hal ini nafta, kondensat tentunya juga LPG. Adapun turunan dari gas bumi digunakan untuk menghasilkan ammonia dan methanol. 

Dia mengatakan dalam penerapannya industri petrokimia sampai saat ini merupakan sektor yang paling efisien menggunakan bahan-bahan fosil. 

Khayam memberikan contoh, saat ini sedang dikembangkan gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) yang dijalankan oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA). DME biasa digunakan sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.  

Dia mengatakan, ke depannya batubara yang dianggap sebagai penyumbang kontribusi terbesar gas rumah kaca akan dimanfaatkan hilirisasinya. 

Tak hanya itu, sektor industri juga mencoba untuk memanfaatkan bahan-bahan nabati. Khayam mengungkapkan, pihaknya mendorong gasifikasi nabati yang hampir serupa dengan gasifikasi batubara karena proses-prosesnya hampir sama di mana bahan nabati tersebut diproses menjadi syngas dan kemudian menjadi methanol maupun ammonia. 

Nantinya methanol sendiri dengan teknologi yang sudah ada bisa dimanfaatkan menjadi olefin atau menjadi bahan baku plastik. "Jadi kami berharap di samping mempunya proses produksi gasifikasi batubara ini bisa menjadi dimanfaatkan juga  gasifikasi nabati," kata Khayam. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×