kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kementan kaji alternatif pasar ekspor perkebunan, begini tanggapan emiten sawit


Jumat, 03 April 2020 / 18:01 WIB
Kementan kaji alternatif pasar ekspor perkebunan, begini tanggapan emiten sawit
ILUSTRASI. Ilustrasi kebun kelapa PT Sawit Sumbermas Sarana tbk


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) mengumumkan sedang mengkaji alternatif tujuan pasar ekspor komoditas perkebunan untuk menanggulangi penurunan permintaan dari China akibat pandemi virus corona atawa Covid-19. 

Nah, sawit masuk dalam prioritas pengembangan ekspor diharapkan ikut merasakan angin segar. Hal tersebut pun mendapat tanggapan positif dari sejumlah produsen sawit.

Sekretaris Perusahaan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) Swasti Kartikaningtyas menyatakan, langkah pemerintah cukup strategis untuk menanggulangi potensi risiko kelesuan pasar akibat virus corona. "Semoga cepat dapat dilaksanakan," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (3/4). 

Baca Juga: Kementan siapkan strategi untuk dorong ekspor komoditas pertanian di luar China

Tak  heran jika Sawit Sumbermas menunggu-nunggu hasil kajian Kementan ini karena pasar ekspor Sawit Sumbermas sudah cukup besar yakni ke India, Pakistan, Banglades dan sebagian kecil Eropa. 

Kartika mengungkapkan, apabila ada negara lainnya (dari pasar tujuan ekspor SSMS) yang sudah menjalin kerjasama dengan pemerintah, Sawit Sumbermas berharap bisa ikut berpartisipasi.  

Adapun prospek penjualan ekspor jikalau kajian Kementan sudah rampung memang belum bisa diproyeksikan oleh Kartika. Namun yang pasti Sumbermas masih mengupayakan kinerja ekspor sesuai target. Nah target yang dipasang SSMS ke luar negeri adalah 60%-70% dari seluruh produksi. 

Sementara sudah menargetkan pasar luar negeri, Kartika bilang Sumbermas tetap mengupayakan perdalam pasar domestik karena sudah ada kenaikan permintaan sejak Februari 2020. 




TERBARU

[X]
×