Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap para pelaku industri swasta bisa berkontribusi besar terhadap pengembangan energi baru terbarukan (EBT), khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Harris Yahya mengapresiasi atas peresmian PLTS Atap berkapasitas 2.919 kilowatt peak (KWp) di pabrik Aqua yang berada di Klaten, Jawa Tengah.
Pihak Danone-AQUA sendiri menggandeng Total Solar Indonesia sebagai penyedia teknologi dan infrastruktur PLTS Atap tersebut.
Menurutnya, keberadaan PLTS Atap di fasilitas pabrik Aqua tersebut sejalan dengan implementasi program Jateng Solar Province yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Jawa Tengah sejak tahun lalu.
Baca Juga: Danone-AQUA bakal gencar bangun PLTS atap di lingkungan pabrik
Dia pun menyebut, para pelaku industri sudah semakin sadar akan pentingnya penggunaan energi yang ramah lingkungan dalam operasional perusahaannya. Terlebih, belum lama ini PT Coca Cola Amatil Indonesia memasang PLTS Atap di pabriknya yang berada di Cikarang, Jawa Barat dengan kapasitas 7,13 megawatt (MW). Ini merupakan PLTS Atap terbesar di Asia Tenggara sekaligus nomor 2 terbesar di kawasan Asia Pasifik.
“Ini pertanda PLTS secara umum bisa berkembang di Indonesia. Kami harap makin banyak perusahaan swasta yang memasang panel surya di lingkungannya,” ungkap dia dalam webinar peresmian PLTS Atap pabrik Aqua, Selasa (6/10).
Peran swasta jelas dibutuhkan dalam pengembangan EBT. Ini mengingat sampai tahun 2019 lalu kontribusi bauran EBT di Indonesia baru mencapai 9,15% dari target yang ditetapkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sebesar 23% di tahun 2025. Alhasil, masih ada gap yang cukup lebar untuk mencapai target tersebut.
Khusus PLTS Atap, hingga saat ini kapasitas terpasangnya di Indonesia baru mencapai 11,5 MW dengan jumlah pelanggan sekitar 2.340 pelanggan.
Baca Juga: Ini urgensi pemutakhiran RUEN demi transisi energi terbarukan Indonesia versi IESR
Selain itu, sepanjang tahun 2020 permintaan terhadap listrik tampak turun secara drastis seiring pandemi Covid-19 yang turut melanda Indonesia, sehingga memberi tantangan bagi pengembangan EBT.
“Permintaan listrik turun sekitar 10% di Pulau Jawa. Ini berdampak juga terhadap penetrasi EBT,” kata Harris.
Dia berpendapat, teknologi PLTS Atap sudah semakin berkembang dari tahun ke tahun sehingga risiko intermitensi bisa ditekan. Hal itu pula yang memungkinkan harga listrik dari PLTS Atap sudah mengalami tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir dan bisa bersaing dengan harga energi fosil yang tergolong murah.
“Diharapkan perkembangan ini bisa memacu lebih banyak pelaku industri swasta untuk berkontribusi dalam penggunaan PLTS Atap,” tandas Harris.
Selanjutnya: Pertamina dan Pegadaian bikin program nabung sampah dapat emas, begini caranya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News