Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Pembangunan SPBG Noor Arifin Muhammad menambahkan, pemerintah dengan dana APBN, sejak tahun 2011 hingga 2016 telah membangun 46 unit SPBG yang tersebar di beberapa Kabupaten dan Kota di Indonesia yaitu Kota Palembang, Prabumulih, DKI Jakarta, Bogor, Bekasi, Tengerang Selatan, Depok, Cilegon, Merak, Serang, Kabupaten Subang, Purwakarta, Cirebon, Indramayu, Semarang, Gresik, Sidoarjo, Surabaya, dan Balikpapan.
Setidaknya, hingga saat ini, SPBG yang telah beroperasi mencapai 17 unit. Khusus di Kota Semarang terdapat 3 unit SPBG yang telah dibangun yaitu SPBG Kaligawe yang merupakan SPBG Online Stasion yang terkoneksi dengan pipa distribusi Subholding Gas dan untuk operasional akan menggunakan gas dari WK Kangean dan WK Muria.
SPBG lainnya adalah SPBG Mangkang yang merupakan SPBG Mother Station yang dibangun dengan APBN tahun 2014, namun hingga saat ini belum terhubung dengan sumber gas sehingga belum dapat dioperasikan.
"Terakhir, SPBG Penggaron merupakan SPBG Daughter Station yang mendapat suplai gas dari SPBG Mangkang sehingga dapat dioperasikan segera setelah SPBG Mangkang telah beroperasi," ujar Arifin.
Baca Juga: SKK Migas: Lapangan Sidayu dan Banyu Urip raih tambahan produksi
Lebih lanjut Arifin menyampaikan, pada saat ini SPBG Kaligawe akan menyuplai kebutuhan bahan bakar bus Trans Semarang. Pemerintah Kota Semarang juga merencanakan akan menggunakan BBG untuk truk sampah apabila SPBG Semarang beroperasi.
Penghematan penggunaan BBG ini bisa mencapai sekitar 13% dengan asumsi kebutuhan solar untuk satu unit bus sekitar 50 liter per hari dengan harga Rp 5.150 per liter. Jika menggunakan BBG biaya per lsp seharga Rp 4.500.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur SPPU Pertamina Iman Rachman menjelaskan, rata-rata pemakaian gas untuk 200 unit bus Trans Semarang sekitar 8.400 lsp. Dari pemanfaatan SPBG Kaligawe yang berkapasitas 30.000 lsp, masih ada sekitar 21.600 lsp yang bisa dipakai untuk 500-600 kendaraan lain.
"Diharapkan SPBG Kaligawe ini menjadi salah satu titik suplai penyedian bahan bakar gas di wilayah Jawa Tengah dan pada akhirnya dapat mendorong bisnis gas secara keseluruhan di wilayah tersebut. Nantinya fasilitas ini juga dapat dioptimalkan untuk layanan Compressed Natural Gas (CNG) sektor komersial sebagai salah satu upaya substitusi LPG secara bertahap," ujar Iman.
Direktur Utama PGN, Haryo Yunianto menambahkan, PGN sebagai Subholding Gas Pertamina akan melakukan penambahan titik suplai bahan bakar gas khususnya sektor transportasi di tempat lain, sehinga dapat semakin mempermudah akses masyarakat.
Baca Juga: PGN dan Jakpro teken HoA dorong infrastruktur panas bumi di DKI Jakarta
"Lokasi SPBG Kaligawe sudah cukup strategis di dekat ruas jalan nasional. Maka perlu dilakukan survei lebih mendetail terutama capturing potensi demand transportasi di luar bus trans Semarang, seperti angkutan kota yang melewati Jalan Raya Kaligawe," ujar Haryo.
Dengan beroperasinya SPBG Kaligawe, berarti menambah jumlah outlet penyediaan BBG pada program konversi di sektor transportasi yang dikelola Pertamina Group . Ke depannya, akan dilakukan peningkatan utilisasi pada SPBG Kaligawe agar dapat melayani pelanggan di sektor rumah tangga dan industri retail di wilayah Semarang dan sekitarnya.
SPBG Kaligawe sekaligus menjadi realisasi manfaat dari Jumperline Tambak Lorok guna menyediakan fleksibilitas dan kehandalan infrastruktur penyaluran gas bumi di Jawa Tengah.
Selanjutnya: Menanam mangrove dinilai sebagai investasi jangka panjang bagi lingkungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News