kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.383.000 0,36%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Kementerian ESDM Revisi Aturan dan Pengembangan Bioavtur, PTPN Bakal Join


Rabu, 03 Juli 2024 / 12:43 WIB
Kementerian ESDM Revisi Aturan dan Pengembangan Bioavtur, PTPN Bakal Join
ILUSTRASI. Pengisian BBM Bioavtur Pertamina untuk pesawat Garuda Indonesia.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang menggodok revisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008 yang mengatur Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati. 

Revisi ini juga mencakup roadmap pengembangan mandatori bioavtur yang diharapkan dapat ditetapkan pada tahun 2024.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE), Eniya Listiani Dewi, menyatakan bahwa pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara terkait pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF). 

Baca Juga: Target Penerapan Bioavtur 5% Tahun Depan Dinilai Sulit Tercapai, Ini Alasannya

"Kami terus berkoordinasi dengan Kemenhub sebagai vocal point Indonesia di CORSIA," ujar Eniya kepada Kontan pada Rabu (03/07).

Saat ini, EBTKE sedang mengeksplorasi potensi campuran bioavtur selain dari minyak kelapa sawit, seperti Palm Kernel Expeller (PKE) atau Bungkil Kelapa Sawit dari PTPN.

"Potensi PKE yang dimiliki PTPN mencapai 200.000 ton dari pabrik pengolahan kernel milik PTPN (PTPN III, IV, dan V). Kami juga merencanakan penambahan pabrik di Kalimantan Barat," tambah Eniya.

Selain itu, Eniya menyebutkan perlunya uji coba bahan baku bioavtur lainnya seperti tandan kosong sawit, karena potensi PKE masih terbatas dan sebagian besar digunakan untuk pakan ternak karena kandungan protein yang tinggi.

"Namun, PKE tidak bisa disimpan terlalu lama," jelasnya.

Baca Juga: Kemenperin Gandeng Pemerintah Jepang Wujudkan Netral Karbon di Sektor Otomotif

PTPN juga sedang melakukan kajian pembuatan SAF dari Palm Oil Mill Effluent (POME) dan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD).

Sebelumnya, Pertamina telah melakukan pengembangan bioavtur dengan penerbangan perdana menggunakan campuran Bioavtur 2,4 persen pada tahun 2021 dan terbaru pada tahun 2023. 

"SAF dari Pertamina dengan metode co-processing perlu dikembangkan lebih lanjut, termasuk dari Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah yang potensinya besar untuk aplikasi masif," tutup Eniya.

Selanjutnya: Cuaca Besok di Jakarta, Kamis (4/7): Potensi Hujan Muncul Lagi

Menarik Dibaca: 5 Cara Proteksi Keuangan Syariah untuk Lindungi Masa Depan Keluarga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×