Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Balitbang ESDM) Kementerian ESDM menggelar uji prespitasi dan start ability penggunaan campuran 30% Bahan Bakar Nabati (BBN) Jenis Biodiesel ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar alias B30. Rangakaian road test B30 itu dilakukan pada kendaraan bermotor di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah.
Kepala Balitbang ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, test tersebut dilakukan untuk menentukan nilai kandungan Monogliserida (MG) yang optimum dalam implementasi standar acuan mutu bahan bakar B30 di Indonesia. Dadan bilang, pemilihan lokasi di Dieng untuk menguji kemampuan bahan bakar melakukan adaptasi pada kondisi udara yang lebih dingin.
Baca Juga: Biodiesel Indonesia kena tarif Eropa, analis merekomendasikan beli saham emiten CPO
"Kami nyalakan (start ability) mesin kendaraan setelah didiamkan (soaking) bahan bakar pada corong terpisah selama periode tertentu pada kondisi udara dingin kendaraan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar B30 (dengan kandungan Monogliserida yang berbeda)," jelas Dadan melalui keterangan tertulisnya, Rabu (14/8).
Dadan menerangkan, uji prespitasi ini dimaksudkan untuk mengukur berat zat dalam kandungan B30 dengan menggunakan metoda Cold Soak Filter Test (CSFT) dari ASTM D7501. Sementara, uji start ability ialah menguji kemampuan kendaraan untuk dinyalakan setelah didiamkan selama beberapa hari pada kondisi udara dingin.
Pengujian dilakukan pada 2 kelompok kendaraan dimana tiap kelompok terdiri atas 3 unit Toyota Innova Diesel. Kelompok pertama dilakukan 3 kali soaking yaitu selama 3 hari, 7 hari, dan 14 hari. Sedangkan untuk kelompok kedua dilakukan soaking selama 21 hari. Uji start ability dilakukan di setiap akhir periode soaking.
Adapun, bahan bakar yang digunakan untuk uji prespitasi dan start ability adalah solar murni (B0), B30 dengan kadar Monogliserida (MG) sebesar 0,4 (%-massa) dan B30 dengan kadar Monogliserida (MG) sebesar 0,55 (%-massa).
Menurut Dadan, hasil uji prespitasi menunjukkan B30 cenderung mempunyai presipitat lebih tinggi dibandingkan B0. Sementara hasil uji start ability menunjukkan mobil dapat dinyalakan secara normal.
Baca Juga: Balas Uni Eropa, Indonesia ancam akan terapkan bea masuk anti subsidi produk susu
"Ini membuktikan bahwa B30 mengalir dengan baik di mesin walau telah didiamkan selama 21 hari pada kondisi dingin”, ungkap Dadan.
Sebagai informasi, uji jalan B30 ini sudah diluncurkan oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan pada 13 Juni 2019 lalu. Pelaksana uji dilaksanakan oleh Puslitbang Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3tek KEBTKE) KESDM, Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas (LEMIGAS) KESDM, Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Desain (BTBRD) BPPT, serta Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP) BPPT. Adapun pendanaan road test berasal dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit.
Adapun, uji prespitasi dan start ability ini mendapat dukungan lain dari industri berupa bantuan bahan bakar dari PT Pertamina (Persero) dan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), serta penyediaan kendaraan uji dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News