Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan selaku regulator penerbangan nasional akan memberikan dorongan teknis percepatan sertifikasi kepada PT Dirgantara Indonesia (DI) sebagai satu-satunya aircraft manufacturer di tanah air dan di ASEAN agar mampu memproduksi dan memasarkan produk-produknya secara lebih progresif di pasar internasional.
Dorongan teknis yang akan diberikan misalnya adalah bantuan teknis sertifikasi desain, tipe, sampai produk sesuai aturan-aturan penerbangan internasional (Annexes ICAO) dan nasional CASR serta membantu dalam hal pemasaran ke negara-negara sahabat Indonesia melalui Bilateral Airworthines Recognition ataupun Bilateral Airworthiness Agreement.
Hal itu diungkapkan Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso saat serah terima tiga unit helikopter serang TNI AD, satu unit pesawat udara CN235 MPA TNI AL, dan dua unit helikopter AKS (Anti Kapal Selam) TNI AL dari PTDI kepada Kementerian Pertahanan RI di hanggar PTDI, Bandung.
Menurut Agus, produk-produk PTDI sudah dikenal handal dan dipakai oleh banyak negara di dunia. Untuk itu PTDI perlu didorong untuk lebih banyak membuat produk yang dibutuhkan baik oleh pasar Internasional maupun pasar nasional.
Agus mengatakan, bulan lalu pihaknya berbicara dengan otoritas penerbangan Meksiko. Negara ini sudah banyak memakai pesawat jenis CN-235 dan NC-212 dan akan membeli lebih banyak lagi pesawat type tersebut. "Namun mereka masih terkendala masalah sparepart maupun component sehingga kami mendorong PTDI untuk juga memproduksi sparepart maupun component pesawat-pesawat tersebut sehingga pemasarannya bisa lebih bagus,” ujar Agus dalam keterangan resminya yang dikutip, Rabu (10/1).
Selain itu, Ditjen Perhubungan Udara juga akan memberikan dorongan agar PTDI memproduksi pesawat-peawat yang dibutuhkan untuk penerbangan nasional, seperti misalnya pesawat-pesawat untuk beroperasi di Papua yang daerahnya bergunung-gunung, banyak bukit, dan jurang terjal.
Menurut Agus, pesawat yang cocok untuk kondisi alam di Papua tersebut adalah pesawat yang mampu mengudara dan mendarat di landasan yang pendek. Selain itu juga pesawat yang mempunyai stall speed rendah sehingga bisa terbang pelan dan melakukan manuver dengan baik di sela-sela tebing pegunungan di Papua.
"Pesawat N219 yang saat ini diproduksi PTDI adalah pesawat yang cocok untuk hal tersebut. Untuk itu kami akan mengawal dalam proses sertifikasinya sehingga pesawat tersebut menjadi handal dan bisa diproduksi massal," kata Agus.
Dengan sertifikasi yang baik dari otoritas penerbangan yang diakui dunia, maka pesawat N219 tersebut nantinya juga akan bisa dipasarkan ke negara-negara yang membutuhkan dan mempunyai kondisi alam seperti Papua.
Untuk menerbangi Papua selain dibutuhkan pesawat terbang yang lincah bisa bermaneuver, stall speed rendah, juga yang tidak kalah penting adalah peralatan navigasi yang advanced. Semua itu dilakukan oleh Ditjen Perhubungan Udara selaku regulator penerbangan untuk menguatkan operator penerbangan di Indonesia dalam melayani aksesibilitas Papua lebih lanjut.
Ditjen Perhubungan Udara memasang peralatan navigasi terkini di 109 bandara yang tersebar di kedua provinsi di Papua. Hal ini dilakukan agar pesawat yang menjelajahi Papua akan lebih mulus. Papua pun akan lebih mudah terjangkau seperti pulau Indonesia lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News