Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri furnitur dan kerajinan menjadi salah satu prioritas nasional. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian (Kemprin) mendukung perbaikan iklim usaha di sektor ini untuk meningkatkan nilai ekspornya.
Ekspor industri furnitur di tahun 2015 mencapai sebesar US$ 1,71 miliar, pada tahun 2016 mencapai US$ 1,61 miliar, dan sebesar US$ 1,63 miliar pada 2017. Sementara itu, nilai perdagangan furnitur dunia berdasarkan data CSIL sebesar US$ 130 miliar pada tahun 2015, US$ 131 Miliar pada tahun 2016, dan US$ 138 miliar di 2017.
Kinerja ekspor furnitur juga masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi bahan baku yang ada. Seperti diketahui, Indonesia merupakan penghasil 85% bahan baku rotan dunia. Daerah penghasil rotan di Indonesia sebagian besar berada di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Dari 306 jenis rotan, saat ini baru 51 jenis yang termanfaatkan.
Untuk itu, Pemerintah berupaya mengoptimalkan potensi industri furnitur dan kerajinan melalui beberapa kebijakan, di antaranya dengan mendirikan Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di lokasi Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.
Peningkatan kapasitas SDM terampil juga dilakukan dengan Program Pendidikan Vokasi yang link and match antara SMK dengan industri. “Mari sama-sama kita dongkrak industri ini karena pasarnya terbuka luas,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan persnya, Minggu (4/11).
Menprin menyampaikan kepada para pengusaha mebel rotan di Cirebon serta Ketua dan Pengurus Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) bahwa potensi bahan baku rotan di Palu, Sulawesi Tengah harus dimanfaatkan optimal.
Terlebih Kemprin telah membangun fasilitas Pusat Inovasi Rotan Nasional (PIRNas) yang berlokasi di Kawasan Industri Palu. “Kita akan mengajak industri yang ada di Cirebon ke Palu untuk melihat sumber bahan baku dan minta sebagian proses awal produksi dipindahkan ke Palu,” ujar Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News