Reporter: Kiki Safitri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) terus mengembangkan bibit tanaman yang tahan terhadap kondisi cuaca dan hama. Bibit ini akan cocok untuk menghadapi curah hujan tinggi seperti yang saat ini terjadi Sulawesi Selatan dan Banten.
Bibit tahan genangan air ini dinamai Ciherang Sub-one atau Submergence serta bibit Inpari 30. Menurut Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi ( BBPadi) Priatna Sasmita, bibit ini memiliki daya tahan yang lebih kuat. "Yang ditanam itu bibit padi kualitas unggul baru khusus yang tahan rendaman air (hujan)," kata Priatna kepada Kontan.co.id, Kamis (24/1).
Priatna menyebutkan bahwa ketahan bibit ini adalah selama 10 hati dalam rendaman air (hujan) atau banjir. Hal ini mengingat bibit Ciherang Sub-one atau Submergence dan bibit Inpari 30 mampu me-recover dirinya. Dimana kelebihan ini tak dimiliki bibit lain.
"Ciherang Sub-one dan bibit Inpari 30 ini tahan rendam sampai 10 hari. Jadi bagus juga kalau banjir dan terendam Dia mampu recovery lagi dan tidak mati. Kalau padi yang lain bisa mati itu," jelasnya.
Namun sayangnya kedua bibit ini tidak tahan dengan air laut. Untuk bibit yang tahan air laut adalah Inpari 34 dan Inpari 35 karena mengandung salinitas.
Menurut Kadis Ketahanan Pangan Provinsi Sulawasi Selatan Hj Fitriani bibit yang terkena banjir di kawasan Gowa dan Maros belum dipastikan terkena puso (gagal panen). Hal ini mengingat rendaman air di lahan tanam padi masih dua hari.
"Ini kan yang tergenang baru saja tanam antara 7 hari sampai 4 minggu. Kita lihat situasinya kalau air surut berarti tidak ada masalah (puso)," ungkapnya.
Adapun jenis bibit yang ditanam bervariasi yakni Ciherang dan Mekogga. Namun pihaknya sejauh ini menunggu laporan dari Kabupaten Kota untuk mendata jumlah kerugian atau potensi gagal panen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News