Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga kakao yang mencapai angka US$ 2.673,94 per ton mengerek pendapatan petani. Kenaikan tersebut diharapkan dapat menjadi rangsangan bagi petani kakao.
Pasalnya produksi kakao Indonesia belakangan terus menurun. "Kenaikan harga kakao tentunya meningkatkan kegairahan petani untuk tetap menanam kakao," ujar Direktur Ekspor Hasil Pertanian dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri (Ditjen Daglu), Kemdag Tuti Prahastuti, Rabu (25/4).
Tuti bilang ekspor kakao Indonesia tahun 2017 memperlihatkan penurunan 0,58%. Penurunan tersebut diungkapkan Tuti akibat adanya perubahan tren dari ekspor kakao Indonesia.
Sebelumnya, ekspor kakao Indonesia masih berbentuk biji kakao. Namun, saat ini ekspor kakao Indonesia beralih menjadi industri hilir seperti chocolate butter, bubuk, pasta, dan tambahan bahan makanan olahan lain.
Meski kenaikan harga dianggap menguntungkan petani, tetapi hal itu dinilai oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Yusa R Ali belum merangsang petani. "Kenaikan harga tidak langsung merangsang keinginan petani," terang Yusa.
Sementara itu petani lebih membutuhkan perhatian khusus untuk meningkatkan produksi. Pasalnya banyak tanaman petani yang saat ini sudah tidak produktif.
Selain itu kenaikan harga kakao dinilai Yusa bukan hal yang luar biasa. "Harga itu biasa, sebelumnya juga sempat US$ 3.500 per ton tahun lalu," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News