Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Persaingan bisnis kertas di tahun 2016 ini semakin ketat. Produksi kertas yang berlebihan di China dan Thailand berpeluang besar membanjiri pasar Indonesia.
Akibatnya, industri kertas industri dalam negeri pada triwulan kedua 2016 berpeluang kehilangan potensi pasar sebesar US$ 90-120 juta per bulan. Hal itu akibat akan terjadi Dumping ground dari produsen China dan Thailand.
Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Rusli Tan, harga kertas industri dalam negeri saat ini US$ 900-1.200 per metrik ton.
Jika impor kertas dari China senilai US$ 100.000 metrik per bulan, maka potensi pasar yang hilang mencapai US$ 90- 120 juta per bulan.
Ia bilang, over supply kertas industri di Tirai Bambu tersebut terjadi karena pelemahan ekonomi di sejumlah negara, sehingga terjadi penurunan permintaan. "Hal itu mendorong China untuk mengekspor produknya ke Indonesia," ujar Rusli, Senin (1/2).
Untuk itu, Rusli mendorong agar industri kertas di Indonesia menggenjot ekspor kertasnya jika tidak ingin terjadi kelebihan pasokan. Tetapi, hal itu tidak mudah karena kertas China juga membanjiri pasar Asia.
Padahal sebelumnya, Indonesia bisa ekspor kertas industri 1 juta metrik ton per tahun, tetapi karena diambil Tiongkok, ekspor Indonesia turun. Dan Pasar domestik juga kehilangan pasar.
Rusli menuturkan, kertas impor China membanjir di pasar dalam negeri karena harganya lebih murah yakni hanya US$ 900-1.100 per metrik ton. Sedangkan harga kertas industri nasional mencapai US$ 1.100 per metrik ton.
Ia bilang, kondisi itu sangat disayangkan karena saat ini seharusnya menjadi momen Indonesia untuk mengisi pasar di Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika karena industri kertas nasional mempunyai sejumlah kelebihan.
Di antaranya, bahan baku yang berkelanjutan, teknologi terbaru dan umur mesin yang relatif muda, sehingga industri di Indonesia sangat memungkinkan memproduksi kertas bermutu. "Industri sangat mengharapkan kita dapat mengisi pasar," ujar Rusli.
Untuk itu, APKI mendesak pemerintah agar segera memberikan perhatian khusus kepada industri pulp dan kertas agar mampu bersaing di pasar dalam negeri dan global. Salah satunya adalah menjamin tersedianya bahan baku. Pasalnya, saat ini industri pulp dan kertas berada di ujung tanduk akibat banyaknya peraturan dan masalah yang terlalu membebani industri dan hutan tanaman industri (HTI).
Menurutnya, kalau pemerintah memberikan perhatian khusus, maka industri dalam negeri bisa jadi nomor tiga pemasok kertas di pasar dunia karena mempunyai bahan baku yang sangat besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News