Reporter: Aurelia Lucretie | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam beberapa tahun terakhir ketika banyak pabrik penggilingan padi tradisional yang tumbang akibat tak mampu bersaing dengan hadirnya usaha yang sama dari pemodal besar.
Belum lagi ditambang dengan kapasitas penggilingan lebih dari empat kali lipat melampaui hasil produksi gabah nasional.
"Inilah yang tidak wajar karena kebanyakan penggilingan padi. Itu seharusnya diatur," ujar Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso kepada Kontan.co.id, Senin (1/4).
Baca Juga: Menilik Harga Beras dari Hulu Ke Hilir, Berpotensi Turun Pasca Lebaran?
Di samping itu, penggiling-penggiling yang memiliki stok besar saat ini mulai bergerak untuk mengajukan penyesuaian kembali harga kepada pemerintah.
Sutarto berharap, pemerintah mengkaji ulang regulasi perizinan untuk mendirikan pabrik-pabrik penggilingan beras baru terlebih pabrik besar sehingga persaingan antar penggiling tidak semakin tajam.
Tak sampai di situ, Sutarto mengimbau pemerintah untuk bekerja sama dengan penggilingan padi untuk mengamankan pasokan beras.
Sejalan dengan Sutarto, Pengamat Pangan Khudori menyatakan bahwa kini produksi gabah hanya mampu menyuplai 24% kebutuhan gabah penggilingan.
Baca Juga: Soal Dugaan Adanya Permainan Harga Beras, Ini Kata Satgas Pangan
Khudori mengatakan telah terjadi perebutan gabah antarwilayah. Akhirnya gabah dari satu daerah dibawa ke daerah lain yang jauh untuk digiling. Hal ini menurutnya menimbulkan inefisiensi.
"Perebutan gabah ini membuat kompetisi amat sengit. Yang tidak kuat modal pasti gulung tikar. Apalagi, banyak pemodal kuat masuk ke industri ini," ujar Khudori, Senin (1/4).
Kenyataanya, Khudori menyebut penggilingan kecil rata-rata beroperasi di bawah kapasitas optimal. Banyak penggilingan kecil hanya beroperasi 3 bulan setahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News