kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Wajib pakai BBN tak berjalan, biofuels tak laku


Senin, 26 November 2012 / 07:09 WIB
Wajib pakai BBN tak berjalan, biofuels tak laku
ILUSTRASI. PermataBank


Reporter: Diemas Kresna Duta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

AKARTA. Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) meminta pemerintah konsisten menjalankan program penggunaan biodiesel di seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Sebab, sejak diwajibkan pada Mei 2012 lalu, masih banyak SPBU asing yang enggan menggunakan bahan bakar nabati (BBN).

Seperti diketahui, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga BBN sebagai Bahan Bakar Lain, mewajibkan pemegang izin usaha niaga BBM dan pengguna langsung BBM menggunakan biofuel secara bertahap.

Untuk BBM nonsubsidi wajib dijalankan dengan persentase 2% dan untuk BBM bersubsidi 7,5%.

Ketua Umum Aprobi, Purnadi Djojosudirdjo menilai, sampai saat ini Kementerian ESDM belum optimal dalam mendorong bisnis BBN nasional. Ia pun pesimistis target penggunaan BBN jenis biodiesel pada 2011-2015 yang dipatok 1,5 juta kiloliter (kl) tak akan tercapai.

"Harusnya Pemerintah lebih berani menekan perusahaan seperti Shell untuk menggunakan BBN. Sayangnya, hingga saat ini upaya itu jauh dari yang ditarget," kata Purnadi kepada KONTAN, Minggu (25/11).

Purnadi mengatakan, hingga Oktober 2012, produksi biodiesel nasional berada di angka 600.000 kl. Padahal di tahun ini, Aprobi hanya menargetkan produksi sebanyak 750.000 kl.

"Kami tidak mau menargetkan tinggi-tinggi. Pasalnya, percuma saja kalau produksi tinggi-tinggi tapi tidak diimbangi daya serapnya," keluhnya.

Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Maritje Hutapea mengungkapkan, saat ini pemerintah sedang fokus menaikan margin perusahaan biodiesel dengan menaikan harga patokan ekspor (HPE). Pemerintah berharap, dengan menaikkan margin maka akan semakin banyak yang berbisnis BBN.

"Untuk biodiesel akan naik 20% dan HPE bioethanol jadi 32%," kata dia. Saat ini, indeks formula harga BBN untuk biodiesel adalah HPE dikalikan rata-rata harga di pasaran, sekitar Rp 8.800 per liter sampai Rp 9000 per liter.

Sementara untuk vioethanol dikalikan rata-rata harga di pasaran, yakni Rp 6.500-Rp 7.000 per liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×