Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Evita Herawati Legowo menyatakan proyek pembangunan penambahan kapasitas kilang Balongan mundur dari rencana semula. Sebelumnya, proyek tersebut diperkirakan akan kelar pada 2015. Namun, karena saat ini masih dalam pembahasan insentif, rencana pembangunan ini terpaksa molor.
"Pembangunan kilang perlu waktu antara 3 sampai 4 tahun. Sekarang ini masih proses insentif tambahan dan persiapan lahan. Mungkin mundur tetapi saya harap bisa berjalan sebelum 2017," kata Evita, Rabu (27/7). Ia mengharapkan pembicaraan soal insentif kilang pada minggu ini bisa segera kelar. Sehingga rencana pembangunan kilang tersebut segera terealisasi.
Molornya pembangunan penambahan kapasitas kilang ini, kata Anggota Komite Badan Pengatur Hilir (BPH Migas), Adi Subagyo disebabkan oleh harga impor bahan bakar minyak (BBM) yang semakin melambung tinggi. Saat ini saja, kata Adi, dari konsumsi BBM sebesar 60 juta kiloliter per tahun, sekitar 40%-nya adalah impor. Tahun depan, impor BBM bisa mencapai 50% dari seluruh konsumsi BBM. Konsumsi BBM paling tinggi masih didominasi oleh sektor transportasi yakni 85% dan sisanya 15% adalah untuk industri.
"Kalau secara statistik, setiap tahun naik 8% hingga 10%. Konsumsi tahun depan kemungkinan naik 15% karena pertumbuhan kendaraan dan pertumbuhan ekonomi. Kalau tidak ada upaya penambahan kilang, kita akan menjadi negara nett importir BBM," papar Adi yang ditemui di acara Pekan Energi Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News