Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan industri petrokimia nasional melalui PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro) terus bergerak maju. Langkah strategis pengembangan TubanPetro bersama anak-anak usaha, akan menjadi jawaban atas persoalan masih tingginya impor bahan petrokimia yang menjadi salah satu ganjalan bagi neraca perdagangan Indonesia.
Salah satu proyek pengembangan yang berjalan yaitu Proyek Revamping Aromatik. Pada 20 Desember, PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), anak usaha TubanPetro, telah menyelesaikan Outside Battery Limit (OSBL) Proyek Revamping Aromatik.
Direktur Utama PT Tuban Petrochemical Industries, Sukriyanto, menjelaskan bahwa revamping Kilang TPPI adalah salah satu milestone penting dari serangkaian langkah-langkah yang disepakati dalam Perjanjian antara Menteri Keuangan Republik Indonesia dan PT Pertamina (Persero) pada Agustus 2018, dalam rangka pengembangan industri petrokimia nasional.
’’Langkah tersebut diawali dengan pengambilalihan TubanPetro oleh Menteri Keuangan dan Pertamina, peningkatan kepemilikan saham di TPPI dan sekaligus memberikan tambahan modal utk peningkatan kapasitas kilang serta inisiasi beberapa proyek pengembangan pada anak perusahaan TubanPetro lainnya,’’ ucap Sukriyanto dalam Siaran Pers, Selasa (21/12).
Baca Juga: Kinerja terjaga, TubanPetro komitmen terus dukung penanganan Covid-19
Disampaikan Sukriyanto, TubanPetro berkomitmen penuh untuk mengelola proyek kilang Aromatik guna menurunkan impor produk turunan petrokimia.
Melalui Proyek Revamping Aromatik, TPPI akan mampu meningkatkan kapasitas produksi Paraxylene dari 600 ribu menjadi 780 ribu ton setiap tahunnya dan juga meningkatkan kapasitas produksi Benzene dari 440 ribu menjadi 500 ribu ton per tahun.
Dalam penyelesaian OSBL berupa 5 unit tangki yang berfungsi tidak hanya untuk mendukung keseluruhan proyek Revamping Aromatik, namun juga dapat meningkatkan fleksibilitas operasional Kilang TPPI. Penyelesaian OSBL ini termasuk pembangunan 5 unit tangki, lengkap dengan sistem perpipaan, kelistrikan, instrumentasi dan safety.
Pembangunan OSBL yang telah selesai dan di-commissioning terdiri dari 3 tangki kapasitas 40.000 kl, 1 tangki kapasitas 38.000 kl, dan 1 tangki kapasitas 15.200 kl. Semuanya sudah mulai digunakan dalam operasi Kilang TPPI sejak 18 Desember 2021.
Untuk diketahui, pengembangan dari Kilang TPPI dibagi menjadi dua bagian utama. Pertama, Proyek Revamp TPPI guna memaksimalkan produksi Paraxylene.
Lalu, yang ke-dua adalah Proyek Olefin TPPI dimana dalam rancangannya mengintegrasikan kebutuhan Kilang Olefin dari Kilang TPPI existing dengan kilang-kilang Pertamina yang ada. Dengan demikian, dapat meningkatkan keekonomian proyek dan juga Kilang TPPI.
Perluasan kapasitas produksi di usaha TubanPetro yang lain, yakni Polytama Propindo, juga pararel dilakukan. Polytama telah menunjuk Basell Poliolefine Italia S.r.l (LyondellBasell) sebagai penyedia lisensi teknologi proses polipropilena yaitu Spheripol®️ untuk Proyek Polipropilena Balongan (Proyek PP Balongan).
Baca Juga: Pertamina targetkan komitmen TKDN 50% hingga 2025
Sukriyanto menyampaikan, Polytama sebagai salah satu produsen resin polipropilena terbesar di Indonesia akan memulai Proyek PP Balongan sebagai upaya penambahan kapasitas produksi resin polipropilena dalam negeri.
Proyek Polipropilena Balongan ini adalah proyek pembangunan Plant polipropilena kedua Polytama dengan kapasitas terpasang sebesar 300,000 MTPA.
’’Perluasan kapasitas produksi Polytama juga sejalan dengan harapan Presiden RI Joko Widodo terkait optimalisasi industri petrokimia di tanah air untuk menekan kebutuhan impor petrokimia dalam negeri,’’ ucap Sukriyanto.
Teknologi proses polipropilena Spheripol®️ dari LyondellBasell selain merupakan pemain global terbesar dipilih dalam proyek ini dengan beberapa pertimbangan antara lain untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik Indonesia yang berkembang pesat, juga merupakan salah satu teknologi proses terbaik yang cocok dan sesuai dengan target spesifikasi dan kualitas dari pasar yang ditargetkan Polytama.
Teknologi Spheripol adalah teknologi proses polipropilena terkemuka dengan kapasitas berlisensi lebih dari 30 juta ton. Teknologi Spheripol generasi kelima terbaru mencakup peningkatan proses yang semakin memaksimalkan efisiensi operasional. Plant akan mulai beroperasi menggunakan katalis Avant ZN.
Baca Juga: Kinerja industri petrokimia terus tumbuh di pandemi Covid-19
Pemegang lisensi baru dapat memanfaatkan keahlian in-house LyondellBasell dalam peningkatan produksi berkelanjutan, pengembangan produk berkelanjutan, dan pengetahuan katalis, dengan secara opsional bergabung dengan program Layanan Teknis dari LyondellBasell.
Presiden Direktur Polytama Didik Susilo menyampaikan, tahapan selanjutnya akan dilanjutkan dengan fase engineering dan diperkirakan akan memulai pekerjaan konstruksi pada Q3 tahun 2022 dengan target commissioning pada Q3 2024. Teknologi proses tersebut akan digunakan untuk tambahan 300 KTA Plant polypropylene yang akan dibangun di Balongan, Jawa Barat, Indonesia, yang diharapkan dapat selesai pada 2024.
Djoko Priyono selaku Chief Executive Officer PT Kilang Pertamina Internasional memberikan dukungan penuh, khususnya kepada PT Polytama Propindo atas Kerjasama yang telah terjalin untuk membangun Plant Propylene Project yang terintegrasi di Balongan atas kolaborasi dengan pihak LyondellBasell.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News